Berperang Melawan Keserupaan Dengan Dunia
Oleh Vincent Tansil
Ulangan 7:1-11
Indonesia sedang berada dalam kondisi yang mencekam dan menakutkan. Betapa tidak, dalam rentetan dekade terakhir ini, entah sudah berapa banyak terdengar ancaman dan bahkan, aksi kekerasan yang terjadi di bumi nusantara ini. Masih segar keluar dari dapur berita dunia internasional mengenai kematian dari Osama bin Laden—pemimpin al-Qaeda yang tersohor tersebut—potret dari beliau sudah terpampang di Jakarta Post. Namun potret tersebut tidak hanya hadir sebagai sebuah pengumuman selintas. Di depan kantor pusat Front Pembela Islam Jakarta, potret tersebut ditampilkan, dan disandingkan bersama dengan wajah Barack Obama. Sebuah ayat kitab suci yang berbunyi, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizqi” diletakkan langsung setelah potret Osama. Apa yang dipandang sebagai pembasmian terorisme oleh warga dunia ternyata dipandang berbeda oleh sebagian lainnya. Bagi sebagian orang Osama merupakan seorang pahlawan besar yang heroik. Lagipula ia melaksanakannya demi sebuah pemurnian agama. Mereka merasa sedang membela kebenaran; melakukan “Perang Suci.”
Saudara, itulah wajah dunia saat ini. Agama yang ditaksir membawa damai ternyata menimbulkan hal yang nyata-nyata terbalik dari asumsi orang kebanyakan. Tetapi bagaimanakah orang Kristen memandang hal ini? Dengan adanya teks yang kita baca barusan tidakkah terbersit dalam benak kita akan gambaran sebuah “Perang Suci” seperti yang biasa dikumandangkan oleh media? Saudara, kita pun wajib melakukan Perang Suci. Tetapi bersama dengan Kristus, maka oknum yang ditarget harus berubah. Kita melakukan Perang Suci melawan keserupaan dengan dunia ini karena kasih karunia dan kesetiaan Allah.
Tetapi sebelumnya, apa persisnya kaitan Perang Suci Israel dengan Perang Suci orang Kristen?