Jalan Hidup
Oleh: Pdt. Nathanael Channing
Mazmur 16:1-11
Banyak jalan menuju ke Roma, itulah pepatah kuno yang sangat terkenal. Roma pada waktu itu dianggap sebagai ujung bumi, dan semua orang rindu untuk pergi ke sana, termasuk Paulus. Karena dianggap sebagai ujung bumi, maka segala jalur dan jalan dapat sampai ke Roma. Sekarang, kalau kata Roma itu kita ganti dengan kata “Hidup Kekal”, apakah juga banyak jalan menuju ke sana? Ada berbagai pemahaman orang tentang “Jalan Hidup”. Ada yang percaya bahwa jalan hidup kita sudah digariskan oleh Allah. Apa pun yang kita lakukan sia-sia belaka karena sudah ditentukan-Nya untuk kita masing-masing. Itulah yang dipahami dengan istilah “nasib”. Ada pula yang percaya bahwa jalan hidup kita ditentukan dari apa yang kita lakukan pada kehidupan ini, misalnya saat ini kita sedang menanam dan nanti akan menuai, maka hasilnya dapat dinikmati sampai anak, cucu, dan bahkan cicit. Namun, kalau hidup kita sekarang susah, hal itu diakibatkan oleh kehidupan nenek moyang kita yang jahat sehingga hukumannya menimpa pada keturunan mereka. Itulah yang kita kenal dengan sebutan “karma”. Jadi, orang yang percaya kepada nasib akan pesimistis dalam hidupnya karena ia beranggapan bahwa apa pun yang akan dikerjakannya pasti sia-sia, mengingat semua sudah digariskan oleh Allah.