Kasih di Tengah Penderitaan
Yohanes 19:26-27
Oleh: Pdt. Wahyu ‘wepe’ Pramudya
Suatu kali saya memerhatikan antrian panjang di tempat penjualan minyak tanah ketika program konversi dari minyak tanah ke gas itu tengah gencar dikampanyekan. Minyak tanah menjadi langka. Itulah sebabnya antrian di siang hari yang panas itu tampak begitu panjang di tempat penjualan. Saking panjangnya sampai mengambil bagian jalan yang seharusnya digunakan untuk mobil. Dari dalam mobil saya yang turut terhenti karena macet akibat barisan antrian, saya melihat keramaian di antrian itu. Mereka yang ada di antrian tampak berbicara satu sama lain. Terlihat akrab, mungkin mereka saling mengenal. Tiba-tiba sebagian mulai berteriak-teriak meminta penjualan segera dimulai karena hari semakin panas. Akhirnya, pintu pagar kios penjual minyak tanah itu pun mulai dibuka dan orang-orang berebut bergerak ke depan. Mereka berlarian, menabrak, dan menginjak-injak anak-anak yang ikut antrian tersebut. Mulailah terdengar teriakan dan jeritan kesakitan. Selanjutnya, tampak beberapa orang tergeletak di pinggir jalan. Tidak ada yang peduli, semua sibuk berebut mendapatkan minyak tanah.
Penderitaan Mengubah Manusia Menjadi Egois
Kesulitan dan penderitaan hidup ternyata dapat membuat orang hanya memerhatikan dirinya sendiri. Kesulitan dan penderitaan hidup sering kali membutakan mata kita terhadap keberadaan orang lain. Tatkala kita sedang menghadapi masalah di dalam keluarga, sering kali masalah itu membutakan mata kita terhadap keberadaan atau kesulitan orang lain. Kita kerap berkata kepada diri sendiri, “Saya saja punya begitu banyak pergumulan dan masalah, mana sempat memerhatikan orang lain. Orang lain dong yang memerhatikan saya.”