Itulah yang dikatakan oleh kitab Amsal, yang menemui si pembeli, yang berkata, “Tidak baik! Tidak baik!” Begitu mudah seseorang mengatakan tidak baik kepada pihak lain. Bukankah itu suatu kebohongan dan kepalsuan dalam relasi antarsesama. Bagaimana bisa menilai tidak baik? Bukankah penilaian tidak baik adalah pernyataan setelah melalui proses evaluasi. Apa yang dibeli, pasti dilihat; dicoba; dipakai; diuji kekuatannya, kapasitasnya, keawetannya, dan sebagainya. Setelah semuanya teruji dengan baik, barulah ia bisa mengatakan bahwa barang itu baik atau tidak baik. Namun, kalau tanpa melalui uji coba, sebenarnya seseorang tidak bisa mengatakan sesuatu itu baik atau tidak baik. Jika ada yang berani mengatakannya tanpa melalui proses uji coba, maka penilaian itu adalah penilaian subjektif yang berdasar penilaian dirinya sendiri, dan bukan penilaian objektif yang berdasar penilaian orang banyak. Itulah sebabnya kitab Amsal mengatakan ketika penjual itu pergi, maka si pembeli memuji dirinya. Memang pada dasarnya, si pembeli tidak suka kepada si penjual, langsung saja si pembeli menilai itu tidak baik! Memberikan penilaian seperti itu jelas merupakan sikap yang tidak terbuka dan kurang tepat. Kitab Amsal mengingatkan agar kita anak-anak Tuhan mampu memberikan penilaian positif kepada orang lain. Menilai secara positif bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Setiap orang yang menghargai, menghormati, dan mengasihi orang lain adalah orang yang diberkati oleh Tuhan. Amin.
Kebohongan dan Kepalsuan
November 23, 2018
