Marilah, Singgahlah kepada-Ku
Oleh: Pdt. Nathanael Channing
“Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari’; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: ‘Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.” (Amsal 9:4-6)
Betapa indahnya ketika Amsal mengatakan, “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari” suatu pertanyaan dan sekaligus suatu ajakan. Amsal tidak mau hanya bertanya “Siapa yang tak berpengalaman?” Jika hanya bertanya, bukankah banyak orang bisa bertanya? Banyak orang mampu bertanya! Namun, sedikit orang yang mampu menjawab pertanyaan itu, apalagi memberikan jalan keluar. Bagi orang-orang dunia, mereka yang tidak berpengalaman selalu dibuang, tidak dipakai, tidak berguna karena ia berada dalam kebodohannya. Bukankah pengalaman itu guru di sepanjang hidup manusia? Melalui pengalaman seseorang dapat belajar lebih baik lagi. Jika gagal, mereka bisa memperbaiki kegagalannya. Jika sukses, mereka bisa terus berkembang dengan baik. Itulah sebabnya pengalaman itu mahal harganya. Tak heran bila orang dunia membuang orang yang tidak berpengalaman. Namun, tidak demikian bagi Amsal. Amsal bukan saja bertanya, tetapi juga mengundang, “Singgahlah kemari … marilah, makanlah … dan minumlah ….” Amsal tidak pernah membuang orang yang tidak berpengalaman. Apa tujuannya? Supaya orang-orang yang tidak berpengalaman itu dapat ikut makan dan minum bersama penulis Amsal dan kemudian mereka dapat membuang kebodohan mereka dan mengikuti pengertian.