Menjadi Saksi-Ku
Oleh: Pdt. Nathanael Channing
Kisah Para Rasul 1:6-11
“Menjadi saksi-Ku” ternyata menjadi bagian dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Kita semua sudah mengerti apa artinya “saksi”, yakni orang yang menceritakan apa yang dialaminya, yang terjadi dalam dirinya di lingkungan tempat ia berada. Saksi tidak mendengar dari orang lain. “Kata orang itu” atau “menurut orang ini” tidak ada di dalam kamusnya. Seorang saksi menyaksikan pengalaman langsung, yang dilihatnya secara pribadi. Menarik sekali apabila pengenalan kita akan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tidak berhenti sampai pada pengalaman pribadi saja, tetapi pengalaman itu terus disampaikan kepada orang lain. Pengalaman yang terus dibagikan agar mereka juga mengalami pengalaman dengan Tuhan dan Juru Selamat mereka secara pribadi. Pengalaman yang nyata, yang bukan hanya secara verbal, bukan wacana atau bahan diskusi semata! Banyak orang menyaksikan Kristus dalam bentuk verbal saja dan terpisah dari realitas hidup sehari-hari. Dunia “tidak membutuhkan kesaksian verbal!” yang hanya diucapkan tanpa ada realitas kehidupan manusia baru. Tidak heran bila kesaksian Kristen kadang-kadang malah dicemooh karena sangat kontradiktif antara apa yang dikatakan dan apa yang dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang pandai berbicara tentang Tuhan Yesus, tetapi praktik hidup di tengah dunia kerjanya menjadi batu sandungan dalam masyarakat.