Oleh: Pdt. Wahyu ‘wepe’ Pramudya
Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.
Amsal 20:3
Suatu kali saya mengantar rekan yang sudah menghabiskan puluhan tahun masa hidupnya untuk melayani Tuhan. Arus lalu lintas menjadi macet karena ada kecelakaan. Di tengah kemacetan itu para penunggang sepeda motor bermanuver di sela-sela mobil yang tengah berhenti. Tiba-tiba terdengar suara bruk, dan kami menoleh ke sebelah kiri. Ternyata ada pengendara motor yang menabrak spion mobil saya. Pengendara itu berhenti, mengetuk kaca mobil. Saya membukanya, dan tiba-tiba saja ia mengeluarkan kata makian khas Jjawa Timur. Saya tentu saja terkejut dan hendak memarahinya balik. Namun, rekan pelayanan saya yang sudah senior itu tersenyum ke arah saya dan kemudian menengok ke arah pengendara mobil itu sambil bertanya, “Ada yang terluka, Mas?” Pengendara motor itu tampak kaget dengan pertanyaan itu. Sejenak ia terdiam lalu menjawab, “Tidak, Pak. Maaf, sudah menabrak spion Bapak. Saya buru-buru ke kantor,” jawabnya.