Pengakuan Mendatangkan Sukacita
Oleh: Pdt. Nathanael Channing
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.” (Amsal 28:13-14)
Kita semua tahu tentang “kambing hitam”, yaitu sikap diri yang tidak berani mengakui kesalahan yang dilakukannya kemudian menimpakan kesalahan itu kepada orang lain. Rupanya pengalaman-pengalaman itu sudah bukan rahasia lagi, bahkan sudah menjadi pola umum mulai dari anak kecil sampai kaum lanjut usia. Kalau mau dirunut, sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia pertama Adam dan Hawa sudah melakukan hal itu. Ketika Allah datang kepada manusia dan bertanya, “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Ketika Adam ditanya oleh Allah apakah ia makan buat pengetahuan yang baik dan jahat? Di sana Adam tidak menjawab ya atau tidak seharusnya, tetapi ia menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan disisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku.” Pengalaman ini dibawa sepanjang masa dan abad. Ketika ada kesalahan, maka kesalahan itu tidak pernah diakui, tetapi dilemparkan kepada orang lain! Dari hal yang sederhana terus meningkat sampai pada masalah yang sangat kompleks dan pelik. “Kambing Hitam” sudah begitu banyak dalam kehidupan manusia sehingga tak seorang pun mengakui kesalahannya.