Tak Pernah Menyerah
Roma 11:29-12:21
Oleh: Pdt. Wahyu ‘wepe’ Pramudya
Sudah hampir seminggu ini seorang pria terus-menerus mengunjungi makam istrinya. Setiap pagi dan sore, pria itu selalu berkunjung selama 2 jam. Tetangga merasa terharu dengan perbuatan sang pria itu. Suatu kali sang tetangga mengikuti pria itu, dan melihatnya tak henti-hentinya mengipasi kuburan istrinya. Sang tetangga berkata, “Saya terharu dengan kasih Bapak kepada istri. Bahkan sampai mati, Bapak masih terus mengunjungi dan bahkan mengipasi kuburannya.” Pria itu berkata, “Oh, saya hanya menjalankan keinginan istri saya!” “Luar biasa, betul-betul suami yang setia. Apakah istri Bapak memang minta dikunjungi dan dikipasi kuburannya?” Si pria menjawab, “Oh tentu, sebelum mati, istri saya berpesan, ‘Pa, jangan sampai kamu kawin lagi sebelum tanah kuburanku kering!’”
Allah Tak Pernah Menyerah
Nilai sebuah tindakan tidak hanya ditentukan oleh seberapa bagus tindakan itu, tetapi juga oleh motivasi dari tindakan itu. Motivasi adalah alasan yang melandasi sebuah tindakan. Walaupun sering kali tak terlihat oleh orang lain, motivasilah yang menjadi penentu nilai tindakan itu. Maka dari itu, sebelum Paulus menegaskan perintah untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, ia memberikan alasan di balik perintah itu. Paulus memberikan alasan yang seharusnya menjadi motivasi dari persembahan tubuh itu: demi kemurahan Allah. Persembahan tubuh itu adalah respons manusia atas anugerah atau kasih karunia Allah.