Aku Selalu Hadir untukmu
Oleh: Pdt. Em. Stefanus Semianta
Yesaya 62:6-12; Mazmur 97; Titus 3:4-7; Lukas 2:8-20
Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta berusaha keras selama berbulan-bulan untuk mendapatkan gadis yang dicintainya. Ia mendapat penderitaan dan kepahitan karena cintanya ditolak atau tidak dipedulikannya, akan tetapi Ia terus berusaha.
Akhirnya, sang gadis menyerah dan berpesan, “Kalau engkau sungguh mencintaiku, datanglah ke tempat ini pada hari dan jam ini,” demikian pesannya kepada sang pemuda. Pada saat dan tempat yang telah ditentukan, sang pemuda akhirnya mendapati dirinya duduk berdampingan dengan gadis yang ia cintai. Ia pun merogoh ke dalam saku jaketnya dan mengeluarkan setumpuk surat cinta yang ia tulis untuk sang gadis selama beberapa bulan terakhir. Ia pun mulai membacakan surat cintanya satu per satu kepada sang kekasih.
Beberapa jam berlalu, tetapi sang pemuda masih terus membacakan surat cinta itu. Akhirnya sang gadis berkata, “Mengapa kamu begitu bodoh? Semua surat ini ditulis tentang aku dan tentang kerinduanmu padaku. Nah, sekarang aku berada duduk di sampingmu, tetapi kamu masih terus saja membacakan surat-surat bodohmu itu.”
Cerita di atas ditulis oleh Anthony de Melo untuk merefleksikan kehadiran Tuhan dalam hidup umatNya, seolah Tuhan mau berkata kepada umatNya, “Aku selalu hadir bersamamu di sini,” kata Tuhan, “Aku hadir di tengah pergumulan dan suasana yang kamu sedang alami, apa pun juga itu namanya dan kamu terus membuat refleksi mengenai Aku di kepalamu, berbicara mengenai diri-Ku dengan mulutmu, dan mencari-cari Aku dalam buku-buku tentang Aku. Lalu, kapan kamu akan menutup mulutmu dan merasakan kehadiran Aku?” (Anthony de Mello)
Cerita di atas seakan-akan mengingatkan kita semua betapa kita dan banyak orang dalam hidup ini, selalu mengagung-agungkan nama-Nya tapi hanya sebatas kata, puji-pujian dan tulisan indah tetapi tidak dengan kesungguhan hati. Nama-Nya hanya diucapkan di mulut saja tetapi segala tindakan nyata kita terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan-Nya kepada kita.
Ketika pada hari ini kita merayakan kasih Allah kepada dunia melalui Yesus Kristus, yang hadir dalam kehidupan kita untuk mencintai kita semua, kiranya kita semakin merasakan kehadiran-Nya melalui kasih-Nya di setiap perjumpaan dengan-Nya dalam hidup kita. Ia selalu ada dan hadir bersama kita di saat apa pun, dimana pun juga kita berada. Tuhan hadir di dalam diri kita dan senantiasa mendampingi setiap langkah hidup kita.
Pada peristiwa Natal pertama, Ia hadir dalam kehidupan Yusuf dan Maria, para gembala, orang-orang Majus, Herodes dan juga para Ahli Taurat. Di antara mereka ada yang menyambutnya dengan tulus, mengalami kebahagiaan dan sukacita, namun ada juga yang menolak tetapi pura-pura menyambut-Nya, kemudian memusuhi-Nya.
Pada kesempatan yang indah ini, Ia juga merindukan hadir dalam kehidupan kita semua dengan masing-masing pergumulan yang kita hadapi. Baik kita sebagai anak-anak, pemuda-remaja, para orang tua dan lanjut usia. Ia ingin bahwa kehadiran-Nya disambut baik oleh orang-orang yang dicintainya dengan sukacita. Bukan sebatas pujian dan kata-kata, tetapi dihayati dan diwujudkan dalam tindakan dan perilaku hidup sehari-hari. Oleh karena itu ketika kita berdoa, kiranya kita selalu berdoa tidak hanya sebatas kata-kata indah namun dengan kesungguhan hati untuk dapat merasakan kehadiran-Nya senantiasa.
Sebagai penutup ada sebuah kisah menarik yang perlu kita renungkan tentang kasih seorang ayah yang menyatakan ”Aku selalu hadir untukmu.”
Seorang ayah berdiri di depan puing-puing bangunan sekolah yang hancur karena gempa berkekuatan 8,2 skala richter di Armenia. Ia teringat pada anaknya yang diantarnya. Tadi pagi, ia memberi kata-kata perpisahan kepada anaknya, “Nak, Ayah akan selalu hadir untukmu dalam segala keadaan. Ingatlah itu!” Ia berusaha tegar, tetapi kepiluan hatinya tidak dapat dibendung lagi, akhirnya dia pun menangis. Kemudian ia menguatkan hatinya dan mulai berkonsentrasi untuk mengingat letak ruang kelas dimana anaknya berada.
Setelah lama berpikir, akhirnya dia berjalan ke posisi yang diyakininya sebagai ruang kelas anaknya, yaitu di sudut kanan belakang gedung yang sudah rata dengan tanah itu. Ia mencari linggis, lalu mulai menggali reruntuhan gedung itu. Sementara beberapa orang tua murid lainnya berdiri menangis, menepuk-nepuk dada mereka, dan berkata dengan lirih, “Anakku…anakku…!”
Beberapa orang tua murid dan para relawan yang ada di sana berusaha menarik pria itu untuk keluar dari atas puing-puing tersebut. “Pak, menjauhlah dari sana, karena itu bisa membahayakanmu. Nanti kami yang akan membereskannya,” kata petugas yang ada di lokasi tersebut. Tetapi Bapak itu justru berkata: “Apakah Anda mau membantu saya sekarang?” tanya pria itu, tetapi petugas itu tidak menjawab pertanyaannya.
Pria itu tidak peduli dengan pendapat dan larangan orang lain, ia terfokus pada pencarian anaknya. Ia terus menggali, dari satu jam, enam jam, dua belas jam, dua puluh empat jam, … tiga puluh enam jam. Pada jam ketiga puluh delapan ia berhasil membongkar sebongkah puing besar. Kemudian di bawah puing itu, terdengar suara beberapa anak kecil, lalu pria itu berteriak, “Armand…!!!”
Dari bawah terdengar jawaban, “Ayah, aku di sini. Aku tahu bahwa ayah pasti akan datang. Ayah, aku memberitahukan teman-teman, bahwa kalau Ayah selamat, Ayah pasti menyelamatkan kami, karena Ayah berjanji akan selalu hadir untukku. Hari ini, engkau telah memenuhi janjimu, Ayah!”
“Bagaimana keadaan di bawah, Nak?” tanyanya kembali.
“Kami yang selamat ada empat belas orang. Kami lapar, haus, dan kedinginan, tetapi syukurlah karena Ayah sudah datang untuk menolong kami!”
“Nak, sekarang ulurkanlah tanganmu ke atas agar aku dapat mengangkatmu!”
“Tidak Ayah, bukan aku yang pertama, melainkan teman-temanku. …… Aku akan menjadi orang yang terakhir untuk naik, karena aku yakin, bahwa Ayah akan selalu ada untukku!”
Demikianlah keyakinan anak itu akan janji dan kehadiran ayahnya yang menolong dan menyelamatkannya. Dan itulah pula yang dilakukan Allah bagi kita yang merindukan kehadiran-Nya yang menolong dan menyelamatkan. Ia hadir dalam kehidupan ini dan mencari siapa pun yang sedang dalam pergumulan untuk mencari-Nya dan rindu diselamatkan oleh-Nya. Mungkin diantara kita saat ini ada yang sedang bergumul karena sakit, dosa yang selalu membayangi kehidupan kita, beban ekonomi yang berat, rumah tangga yang berada diambang perpecahan. Terimalah kehadiran-Nya dalam hidup Anda, agar Dia menolong Anda.
Jangan berjalan sendiri, tetapi berjalanlah bersamanya sebagai Terang yang hadir untuk memberi yang tebaik bagi hidup Anda dan saya. Tetapi setelah mendapatkan Terang itu dan hidup di dalamnya, terangilah orang-orang disekitar Anda. Orang-orang yang ada dalam kegelapan, kehausan, kelaparan dan membutuhkan perteduhan dan penghiburan Anda.
Bagi Saudara- Saudara yang sedang bergumul mencari pegangan hidup, ingatlah bahwa Allah sedang datang dan hadir di tengah kehidupan ini untuk mencari dan menyelamatkan kalian dari beban dosa dan kematian kekal. Sambutlah Dia, Akuilah Dia dan jadikanlah Dia Penolong dan Pandu kehidupan kalian dan anak-anak kalian, di sepanjang perjalanan hidup kalian. Maka kalian akan selamat dan dimampukan menghadapi hidup ini dengan cinta dan anugerah-Nya. Di dalam Dia, Anda pun dimampukan hidup menjadi berkat. Selamat menyambut kehadiran-Nya, Tuhan memberkati. Amin.

