Beriman di Tengah Badai
June 30, 2021

Beriman di Tengah Badai
Yohanes 6:1-21
Oleh: Andy Kirana
Sebelum kita masuk dalam perenungan, terlebih dulu saya ingin bertanya kepada Saudara-saudara. Menurut pengalaman Saudara sebagai orang percaya, apakah “Si Badai” itu sahabat dalam kehidupan ini? (jemaat: ya!). Betulkah demikian? Yuk, kita telusuri dan lihat kembali saat-saat ketika kita mengalami pertumbuhan rohani, ketika kita menjadi semakin dewasa dalam iman. Bukankah itu adalah saat-saat ketika sahabat kita, yaitu Si Badai, sedang berkunjung? Bukankah di tengah-tengah badai itulah iman kita ditempa dan dikuatkan? Namun, jujur nih… bukankah kenyataannya kita menghabiskan banyak waktu untuk menghindari badai kehidupan. Betul nggak? (jemaat sambil tersenyum: betul pak). Iya sih… memang nggak ada orang yang menyukainya, tapi kita perlu menyadari kebenaran bahwa Tuhan sering kali menaruh kita di tengah-tengah badai dengan tujuan supaya kita bertumbuh secara imani. Dalam kasus murid-murid-Nya itu, seperti dalam bacaan tadi, Tuhanlah yang mengirimkan badai itu.
Seorang penyair menulis puisi tentang kesenangan dan kesedihan demikian,
Saya berjalan bersama Kesenangan,
Ia terus berkata-kata sepanjang jalan,
Tetapi ia tidak membuat saya lebih bijak
Dari semua yang dikatakannya itu.
Saya berjalan bersama Kesedihan,
Ia tidak berkata-kata sepatah pun,
Tetapi saya banyak belajar daripadanya
Ketika Kesedihan berjalan bersama saya.
Tidakkah itu benar? Kita justru didewasakan secara imani ketika sedang berada dalam kesedihan. Seperti halnya film, iman dapat diproses paling baik di dalam kegelapan. Saya tidak mengerti mengapa begitu, tetapi begitulah yang sebenarnya. Rencana Allah bagi pertumbuhan iman Saudara dan saya melibatkan badai.
Kekasih-kekasih Kristus… Melalui Yohanes 6:1-21 kita akan belajar dua pokok penting tentang bagaimana mengelola sikap percaya dalam hidup beriman sekalipun kita ada di tengah badai persoalan.