Site icon

Khotbah Paska: Kubur Kosong, Mengapa Kamu Mencari yang Hidup?

Khotbah Paska: Kubur Kosong, Mengapa Kamu Mencari yang Hidup?

Lukas 24:5

Pdt. Agus Surjanto

Teks alkitab yang tertulis di atas sebenarnya masih menyisakan suatu anak kalimat yang penting, yaitu “di antara orang mati.” Pertanyaan malaikat ini merupakan sebuah pertanyaan yang tajam dan menusuk hati para perempuan sekaligus membuka hati mereka sehingga dikatakan dalam Luk 24:8 bahwa pertanyaan itu mengingatkan mereka akan perkataan Tuhan Yesus bahwa Dia akan mati tetapi bangkit pada hari yang ketiga. Malaikat mau mengingatkan mereka bahwa kalau mereka betul percaya maka mereka tidak perlu mencari Dia di antara orang mati. Mencari orang hidup di antara orang mati jelas adalah sebuah pencarian yang sia-sia.

Berita kebangkitan ini merupakan berita yang sangat dahsyat bagi para perempuan itu sehingga dengan segera mereka menceritakan hal ini kepada murid-murid yang lain. Namun ternyata para murid, termasuk Petrus, tidak percaya (Luk 24:11-12). Untuk dapat memahami dan menghayati peristiwa kebangkitan Kristus dengan baik kita perlu memahami secara kronologis dengan benar, sehingga peristiwa itu dapat dipahami secara utuh dan benar.

Bagi banyak orang, cerita kebangkitan Tuhan Yesus yang ditulis dalam empat Injil, agak membingungkan secara kronologis dan fakta, karena ke-empat Injil menuliskan peristiwa itu dengan begitu banyak perbedaan. Padahal sebenarnya para penulis Injil masing-masing sedang menceritakan peristiwa kebangkitan itu dengan maksud dan penekanan tertentu. Secara kronologis, urutan kejadian kebangkitan dan penampakan Tuhan Yesus terjadi kira-kira seperti berikut :

Pertama, dari catatan 4 injil, peristiwa kebangkitan itu terjadi pada hari pertama minggu itu, berarti hari Minggu (Mat 28:1; Mrk 16:1-2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Para perempuan, termasuk Maria Magdalena, pagi-pagi benar, pergi ke kubur untuk merempahi tubuh Tuhan Yesus (Mat 28:1; Mrk 16:1). Tetapi ternyata di sana mereka menjumpai kubur kosong dan mereka berjumpa dengan malaikat yang menyuruh mereka pergi untuk menyampaikan kabar kebangkitan Kristus kepada para murid yang lain (Mat 28:2-8; Mrk 16:2-8; Luk 24:2-9). Matius merangkai peristiwa kedatangan para perempuan itu dengan penampakan malaikat kepada para penjaga (Mat 28:4-5). Tetapi dari penuturan Markus, para perempuan tidak bertemu dengan para penjaga. Dikatakan batu sudah terguling dan penampakan malaikat tidak seperti penampakan mereka kepada para penjaga. Berarti sebenarnya antara Mat 28:4 dan Mat 28:5 ada jeda waktu yang tidak ditulis oleh Matius. Markus mencatat bukan malaikat tetapi seorang muda berjubah putih (Mrk 16:2-8). Lukas mencatat dua orang berpakaian berkilau-kilauan, Yohanes juga mencatat ada dua orang malaikat (Luk 24:4-5; Yoh 20:12). Kemungkinan Matius dan Markus hanya menulis salah seorang yang aktif berbicara.

Kedua, rupanya Maria Magdalena tidak masuk ke kubur. Ada kesan dalam cerita di Injil Yohanes bahwa Maria Magdalena pergi ke kubur sendirian (Yoh 20:1-2), tetapi dari tulisan dalam Injil Matius dan Markus kita tahu bahwa Maria Magdalena pergi bersama dengan beberapa perempuan yang lain (Mat 28:1; Mrk 16:1). Rupanya sampai di depan kubur Maria Magdalena tidak masuk ke kubur karena ketika melihat batu sudah terguling, dia pikir bahwa tubuh Tuhan telah dicuri. Maka kemudian, sebelum para wanita keluar dari kubur, Maria Magdalena lari menemui para murid membawa kabar bahwa tubuh Tuhan Yesus dicuri (Yoh 20:1-2). Itulah sebabnya ketika para wanita membawa kabar kebangkitan Tuhan Yesus, para murid tidak percaya (Luk 24:9-11). Mereka pikir bahwa tubuh Tuhan Yesus telah dicuri seperti yang telah diberitakan oleh Maria Magdalena. Tetapi sebenarnya bukan hanya berita Maria Magdalena yang membuat mereka tidak percaya. Berita kebangkitan memang adalah berita yang tidak dapat dipercaya tanpa pertolongan Allah.

Ketiga, mendengar berita dari Maria Magdalena bahwa tubuh Tuhan telah dicuri, maka Petrus dan Yohanes segera berlari pergi ke kubur (Luk 24:12; Yoh 20:3-10). Yohanes sampai lebih dahulu tetapi tidak masuk ke dalam. Petrus yang tiba belakangan langsung masuk ke dalam kubur. Tetapi Yohanes menjenguk ke dalam dan melihat kain kapan yang tergeletak di tanah. Petrus yang telah masuk sebenarnya juga melihat kain kapan dan juga kain peluh yang tergulung rapi. Setelah Petrus masuk, Yohanes ikut masuk dan melihat kain peluh yang tergulung rapi dan segera percaya (Yoh 20:8-9). Dari semua murid, hanya Yohanes yang pertama-tama percaya, walaupun dia tidak berjumpa dengan Tuhan Yesus. Petrus dan Yohanes melihat dan mengalami peristiwa yang persis sama. Mereka datang boleh dikatakan bersama-sama dan kemudian melihat hal yang sama. Tetapi keduanya membuat kesimpulan yang sangat berbeda. Yang satu segera percaya dan ingat akan perkataan gurunya. Yang satu cuma mampu melihat kain kapan dan menjadi bingung (Luk 24:12). 

Keempat, sementara Petrus dan Yohanes pergi berlari ke kubur, Maria Magdalena kembali lagi ke kubur. Dia sampai kembali lagi di kubur ketika Petrus dan Yohanes sudah pulang. Di kubur barulah Maria Magdalena masuk dan berjumpa dengan para malaikat. Kemudian dia juga berjumpa dengan Tuhan Yesus tetapi tidak mengenali-Nya. Baru Setelah Tuhan Yesus memanggil namanya, dia mengenali Tuhan Yesus (Yoh 20:11-18). Maria Magdalena kemudian mengabarkan peristiwa perjumpaannya dengan Tuhan kepada para murid (Mrk 16:9-11), tetapi mereka tetap tidak mau percaya.

Kelima, setelah menjumpai Maria Magdalena, Tuhan Yesus kemudian menemui para perempuan yang sedang berjalan ke tempat para rasul (Mat 28:8-10). Para perempuan, setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus pergi ke tempat para rasul mengabarkan perjumpaan itu, tetapi para murid itu tetap tidak percaya, mereka menganggap cerita mereka adalah omong kosong (Luk 24:9-11). Sangat mengherankan, sekaligus menyedihkan bahwa para murid tetap tidak percaya. Para perempuan bersaksi mereka berjumpa dengan Tuhan Yesus, Maria Magdalena juga menyaksikan yang sama, tetapi mereka tetap tidak percaya.

Keenam, setelah itu Tuhan Yesus secara pribadi menjumpai Petrus (Luk 24:34). Tidak terlalu jelas kapan. Mungkin siang hari atau sore hari, sebelum Tuhan Yesus menampakkan diri menjelang malam kepada dua murid yang ke Emaus (Luk 24:13-35). Setelah kedua murid berjumpa dengan Tuhan Yesus, mereka langsung, malam itu juga, berangkat ke Yerusalem menemui para murid memberitakan perjumpaan mereka dengan Tuhan Yesus. Tetapi sampai tahap ini para murid juga belum percaya (Mrk 16:12-13). Mereka baru percaya ketika Tuhan Yesus datang secara pribadi kepada mereka dan mencela kedegilan hati mereka (Mrk 16:14; Luk 16:33-49; Yoh 20:19-24). Tetapi perjumpaan itu masih membuat mereka ragu-ragu (Luk 24:36-38), sampai akhirnya Tuhan Yesus membuka hati dan pikiran mereka (Luk 24:45).

Ketujuh, tetapi Tomas tidak hadir. Seminggu kemudian Tuhan menampakkan diri lagi kepada para murid dan juga Tomas. Di situlah muncul pengakuan Tomas yang akhirnya menjadi tonggak iman gereja, yaitu “ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28).

Dari kronologis di atas, terlihat dengan jelas bahwa para murid sangat sulit percaya bahwa Tuhan sudah bangkit. Kesaksian para perempuan, Maria Magdalena dan juga dua murid yang pulang ke Emaus tidak mampu membuat mereka percaya. Bahkan kesaksian Petrus yang telah berjumpa secara pribadi dengan Tuhan yang bangkit (Luk 24:34), tetap tidak membuat mereka percaya. Mereka baru percaya ketika Tuhan Yesus sendiri menjumpai mereka. Cara berpikir yang seperti ini dengan sangat jelas juga ditunjukkan oleh Tomas. Sebelum mencucukkan jarinya ke lubang bekas paku dan mencucukkan tangannya ke lambung Tuhan Yesus, Tomas tidak mau percaya. Padahal semua murid yang lain telah memberikan kesaksian yang sangat jelas. Momen kebangkitan Tuhan Yesus memang merupakan suatu hal yang dahsyat dan mengubah seluruh pandangan teologia para murid yang adalah orang Yahudi dengan monoteisme yang kental. 

Tanpa keyakinan akan kebangkitan Tuhan Yesus sebagai fakta yang benar, maka tidak mungkin para murid punya tekad memberitakan kebangkitan Tuhan dengan begitu luar biasa. Mereka bersedia mati demi berita yang mereka kabarkan. Tentu ini merupakan berita yang sesungguh-sungguhnya. Tidak pernah ada orang yang bersedia mati demi sebuah kebohongan yang dia tahu dengan jelas bahwa itu adalah suatu kebohongan. Kabar yang dihembuskan oleh para imam kepala dan para tua-tua Israel bahwa para murid mencuri tubuh Tuhan Yesus (Mat 28:11-15) adalah sebuah kebohongan yang sia-sia. Kalau benar para murid mencuri tubuh Tuhan dan kemudian mengarang cerita bahwa Dia bangkit, maka tidak mungkin mereka bersedia mati menderita dan sengsara demi kebohongan yang mereka buat sendiri. Peristiwa kebangkitan mengubah seluruh hidup para murid dan kemudian mengubah kehidupan banyak orang lain lagi di seluruh dunia.

Tetapi apakah diperlukan perjumpaan dengan Kristus yang bangkit itu secara pribadi supaya orang dapat percaya? Bukankan para murid baru percaya ketika mereka ketemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit itu secara pribadi? Bukankah kesaksian orang yang paling dekat dengan merekapun tidak mereka percayai? Mereka, khususnya Tomas, baru percaya sungguh-sungguh, ketika berjumpa secara pribadi dengan Tuhan Yesus yang bangkit itu. Apakah kenyataan ini berarti bahwa orang baru dapat percaya ketika berjumpa dengan Tuhan yang hidup itu? Tentu tidak perlu seperti itu, karena Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan perkataan itu? Apa yang dimaksud dengan percaya di sini? Yang dimaksud percaya di sini bukan hanya bahwa Dia bangkit, tetapi bahwa yang bangkit itu adalah juga Tuhan dan Allah. Percaya di sini menunjuk kepada pengakuan Tomas dalam ayat sebelumnya (Yoh 20:28) bahwa Dialah Tuhan dan Allah. 

Hanya percaya bahwa Dia bangkit, tetapi tidak mengakui Dia adalah Tuhan dan Allah tidak termasuk orang yang dikatakan berbahagia dalam ayat 29 ini. Pengakuan Tomas ini adalah suatu titik balik bagi jemaat pertama dan gereja pertama yang hampir semuanya adalah orang Yahudi.

Tomas adalah orang Yahudi tulen yang dari sejak lahir sudah diajarkan bahwa Allah yang mereka kenal dalam PL adalah Allah yang esa. Dalam pengertian orang Yahudi saat itu, bahkan sampai hari ini, esa berarti adalah tunggal dan tidak ada yang lain. Sebelum peristiwa kebangkitan, Tuhan Yesus tidak pernah dipanggil Allah oleh para murid-Nya. Sebutan Anak Allah kepada Tuhan Yesus memang pernah diucapkan Petrus ketika Tuhan Yesus bertanya siapakah Dia menurut murid-murid-Nya. Tetapi sebutan Anak Allah itu bukan keluar dari pengertian pribadi Petrus. Bukan karena Petrus mampu mengenal dan kemudian mengakui siapa sebenarnya Tuhan Yesus. Pengakuan itu muncul karena anugerah dari Bapa di sorga yang memberitahukan kepada Petrus (Mat 16:15-17). Beberapa orang juga pernah menyebut Tuhan Yesus Anak Allah, tetapi tidak pernah ada yang menyebut Dia Allah. Berarti tanpa anugerah dan kasih karunia dari sorga, tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa mengaku Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Allah. Iman Kristen adalah iman yang penuh dengan misteri dan hanya bisa dimengerti melalui benih iman yang menyelamatkan. Misalnya, doktrin Allah Tritunggal hanya bisa dimengerti ketika ada pengakuan iman akan ke-Tuhanan dan ke-Ilahian Tuhan Yesus. Tanpa mengaku Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Allah, maka konsep Allah Tritunggal tidak akan pernah dapat dimengerti. Tomaslah yang pertama kali menyebut Tuhan Yesus sebagai Tuhanku dan Allahku. Dan sebagai orang Yahudi, maka sebenarnya tidak mungkin Tomas bisa menyebut Tuhan Yesus sebagai Tuhanku dan Allahku, karena berarti dia sedang menghujat Allah.

Tuhan Yesus dihukum mati juga karena menyetarakan Diri dengan Allah, berarti menghujat Allah (Mat 26:63-66). Pasti telah terjadi sebuah perubahan pemahaman iman yang mendasar dalam diri Tomas sehingga dia menyebut Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Allah. Rumah teologinya pasti diubah total. Dan siapa yang sanggup melakukan itu kecuali kasih karunia Allah sendiri? Dengan mengaku Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Allah, berarti, secara logika, Tomas mengaku punya dua Allah, yaitu Yahwe dan Tuhan Yesus. Dan tidak mungkin ada orang Yahudi bisa mengaku seperti itu. Dari sejak kecil mereka diajarkan bahwa Yahwe itu esa tidak ada yang lain (Ul 6:4; 1Sam 2:2; 1Raj 8:60 dsb.). Kenyataan kebangkitan Tuhan Yesus juga tidak mungkin bisa membawa Tomas pada suatu kesimpulan dan pengakuan bahwa Dia adalah Tuhan dan Allah. Paling-paling Tomas percaya bahwa Dia bangkit. Tetapi bahwa yang bangkit itu adalah Tuhan dan Allah, pasti jauh dari kemampuan Tomas atau manusia manapun di dunia ini untuk bisa mengambil kesimpulan itu. Berita salib dikatakan oleh Paulus adalah suatu kebodohan (1Kor 1:18). Berarti memang perlu kasih karunia Allah sendiri untuk dapat mengakui bahwa Dia yang bangkit itu adalah Tuhan dan Allah.

Tuhan Yesus sedang mempersiapkan Tomas dan juga para murid yang lain untuk bersandar kepada iman dan bukan hanya kepada akal budi. Karena dalam tugas mereka selanjutnya untuk melaksanakan Amanat Agung (Mat 28:19-20), perjumpaan dengan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang bangkit tidak diperlukan lagi. Kesaksian merekalah yang diperlukan. Mereka nantinya akan mengalami kenyataan, bahwa banyak orang akan percaya tanpa pernah berjumpa secara pribadi dengan Tuhan Yesus yang bangkit itu. Roh Kudus yang akan diberikan kepada mereka, setelah kenaikan Tuhan ke sorga, yang akan melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus di dunia ini. Mereka harus mulai belajar bersandar kepada iman dan bukan kepada akal budi saja. Mereka harus belajar percaya, bahwa tanpa penampakan atau penampilan Tuhan Yesus, orang tetap dapat percaya bahwa Dialah Tuhan dan Allah yang sudah bangkit mengalahkan kematian. Dengan demikian semua janji-Nya bahwa siapa yang percaya akan hidup kekal bisa digenapi (Yoh 11:25-26). Tanpa fakta kebangkitan maka janji itu hanya omong kosong saja. Kalau Dia bukan kebangkitan dan hidup, maka Dia tidak akan dapat memberi hidup kekal kepada orang banyak. Dan memang hal itulah yang kemudian dialami oleh para rasul itu.

Dalam peristiwa Roh Kudus turun (Kis 2), Petrus dan murid Tuhan Yesus yang lain, tidak pernah menghadirkan Tuhan Yesus kepada orang-orang Yahudi. Tidak ada bukti kongkrit yang dapat dilihat oleh orang-orang itu bahwa Dia sungguh bangkit. Tetapi ketika berita salib itu diberitakan ada 3000 orang Yahudi yang percaya Allah yang esa, memberi diri dibaptis. Mereka percaya kepada pemberitaan para rasul tanpa bukti apapun. Mereka hanya mendengar kesaksian para rasul, tetapi ada kuasa Roh Kudus yang mengubah hati mereka sedemikian rupa, sehingga walaupun dari sejak kecil mereka hanya tahu Allah itu esa dan tidak ada yang lain, mereka bisa percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah. Dan bukan hanya sekedar percaya, tetapi juga bisa mengasihi Dia yang bangkit itu (1Pet 1:8-9).

Hari ini, ada bermilyar-milyar orang percaya kepada Dia yang bangkit bahwa Dialah Tuhan dan Allah. Dan boleh dikatakan bahwa hampir mereka semua tidak pernah melihat Dia yang bangkit itu secara pribadi. Mereka hanya mendengar kesaksian dari orang percaya sepanjang zaman dan mereka percaya. Dan kepada kita yang sekarang percaya tanpa melihat, Tuhan Yesus mengatakan “berbahagialah.” Karena itu berita injil, yang berhasil mengubah hati orang menjadi percaya, tidak pernah dihasilkan karena metode atau strategi tertentu. Berita injil berhasil karena kasih karunia Allah turun atas orang tersebut sehingga dia dapat percaya. Tetapi bukan berarti kita tidak perlu belajar memberitakan Injil dengan baik. 

Paulus mengatakan bahwa demi Injil dia bersedia menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili (1Kor 9:20-23). Untuk menginjili orang Yahudi Paulus belajar menjadi seperti orang Yahudi, bagi orang yang lemah dia menjadi seperti orang lemah. Belajar menginjili adalah bagian dari tanggung jawab orang percaya dan harus dilakukan dengan segenap hati, segenap kemampuan dan segenap usaha. Sama seperti berdoa tidak akan pernah mengubah kehendak Allah, tetapi mungkin merupakan salah satu syarat terjadinya kehendak Allah. Kalau kita tidak melakukan persiapan penginjilan dengan baik, maka kita pasti tidak akan memperoleh berkat Allah, sekalipun orang itu percaya. 

Berkat pelayanan tetap akan kita terima ketika kita melakukan penginjilan dengan bertanggung jawab, sekalipun orang itu tidak percaya. Pemberitaan injil dengan segenap hati belum tentu akan membuat orang bertobat. Urusan pertobatan orang tersebut hanyalah antara Allah dengan orang itu, tidak bersangkut paut dengan kita si Pemberita Injil. Urusan berkat Allah adalah urusan kita dengan Allah, tidak ada sangkut pautnya dengan bertobat atau tidaknya orang berdosa tersebut.

Exit mobile version