Site icon

Lekas Naik Darah

Lekas Naik Darah

Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, …

tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan.  

(Amsal 14:17-18)

Betapa terkejutnya saya ketika uang receh dan ribuan itu tak ada lagi di mobil saya. Satu jam yang lalu sebelum saya mencucikan mobil itu di sebuah tempat pencucian mobil yang baru saja buka, uang itu masih ada. Saya marah! Pegawai tempat cuci mobil itu telah mengambil uang tersebut. Dalam kemarahan yang membara, segera saya menulis status di facebook tentang betapa buruknya layanan tempat cuci mobil itu. Dalam kemarahan pulalah saya bersemangat memberikan peringatan agar rekan-rekan saya tidak mencucikan mobil di tempat itu.

Saya memarkir mobil dan hendak mengambil sebuah barang di dasbor. Betapa terkejutnya saya ketika menemukan uang receh dan ribuan itu di dalam dua sampul plastik. Ah, ternyata pegawai tempat cuci itu justru merapikan dan bukan mencuri uang saya.

 

“Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh” (Amsal 14:17). Amsal ini mengingatkan kita bahwa kemarahan akan melahirkan kebodohan. Mengapa? Kemarahan membuat kita tidak dapat berpikir dengan jernih. Kemarahan membuat kita ingin segera bertindak tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya tindakan itu. Akibatnya, kita melakukan hal-hal bodoh yang kita sesali kemudian.

 

“Orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan” (Amsal 14:18). Lawan dari sifat lekas naik darah adalah bijak. Bijak berarti memikirkan dan mempertimbangkan dengan baik segala sesuatu. Orang bijak bermahkotakan atau menggunakan pengetahuan sebagai landasan untuk keputusan dan tindakannya.

Kendalikan kemarahan sebelum melahirkan kebodohan.

Gunakanlah hikmat agar tindakan kita bermartabat.

(Wahyu Pramudya)

 

Exit mobile version