Site icon

No Turning Back!

Oleh: Pdt. Andy Kirana

Yohanes 6:60-71

Shalom, Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Pada kesempatan ini saya akan membagikan firman Tuhan dengan sebuah tema klasik No Turning Back! Mari kita dasari tema ini dengan membaca Injil Yohanes 6:60–71.

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Firman Tuhan kali ini keras. Ibarat makanan, yang akan saya sajikan pada kesempatan ini bukan bubur melainkan balungan (tulang-tulang). Sekalipun ini balungan… sekalipun keras, mari kita coba untuk menikmati kelezatannya.

Untuk memahami bagian akhir dari Injil Yohanes pasal 6 ini, Saudara… kita harus mempelajari keseluruhan Yohanes pasal 6, supaya kita tidak lepas dari latar belakangnya.  Mari kita mulai dari ayat 66: ”Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Inilah persoalan besar yang sedang dihadapi Tuhan Yesus, yaitu murid-murid-Nya mengundurkan diri (turned back) dan tidak lagi mengikut Dia.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa murid-murid itu mengundurkan diri. Awalnya para murid itu mengikut Tuhan Yesus ke mana pun Tuhan Yesus pergi. Tetapi, pada saat itu, mereka mengundurkan diri. Mengapa? Sebabnya sangat jelas, tertulis di ayat 60: “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Nah, yang membuat banyak murid Tuhan Yesus mengundurkan diri adalah karena khotbah Tuhan Yesus keras. Tuhan Yesus tidak menyajikan makanan lembek untuk bayi melainkan makanan keras untuk orang dewasa.

Kalau begitu, kita perlu tahu, Saudara… perkataan mana yang keras tersebut? Kita perlu tahu ini supaya kita tidak ikut mengundurkan diri. Pada ayat tersebut memang dikatakan bahwa orang banyak… murid-murid Tuhan Yesus mengundurkan diri karena perkataan Tuhan Yesus keras. Tetapi, Saudara… jika kita memahami ayat-ayat ini, sesungguhnya bukan perkataan Tuhan Yesus yang keras melainkan hati para murid yang keras. Hati mereka keras sehingga tidak bisa menerima perkataan Tuhan Yesus. Itu yang pertama. Para murid itu sebenarnya memahami apa yang dikatakan Tuhan Yesus. Tetapi, apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus itu tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan… tidak sesuai dengan pendapat mereka. Oleh karena itu, hati para murid itu menjadi keras. Apa tandanya bahwa hati murid-murid yang mengundurkan diri itu keras? Tandanya sangat jelas… dikatakan di ayat 61, “murid-murid-Nya bersungut-sungut.” Ini sangat berbeda dengan sikap ke-12 murid. Kedua belas murid Tuhan Yesus tampaknya juga sama-sama memahami dan mengerti apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Mereka tahu apa yang disampaikan Tuhan Yesus memang keras bagi manusia. Bedanya, kedua belas murid tersebut bisa menerima apa yang disampaikan Tuhan Yesus. Bisa saja apa yang disampaikan Tuhan Yesus tidak sesuai dengan pendapat mereka, tetapi mereka mau menerima. Pada ayat 68 dikatakan… perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.  Ini adalah perkataan dari hati yang lembut… hati yang mau menerima perkataan Tuhan Yesus sekalipun perkataan itu keras. Oleh karena itulah, kedua belas murid tidak mengundurkan diri. No turning back!

Yang kedua, Saudara… ketika mendengarkan khotbah Tuhan Yesus, orang banyak itu menafsirkannya secara literal (harafiah) dan secara realita. Kalau kita membaca ayat-ayat sebelumnya, di sana Tuhan Yesus mengatakan, “Makanlah daging-Ku dan minumlah darah-Ku!” (lihat Yohanes 6:53-54). Orang banyak menafsirkan perkataan Tuhan Yesus tersebut secara harafiah… seolah-olah mereka memang harus memakan daging Tuhan Yesus dan minum darah Tuhan Yesus. Karena itu, reaksi spontan mereka adalah, “Nggak mungkin! Masak manusia disuruh makan daging manusia? Masak manusia disuruh minum darah manusia? Masak kita diajari jadi kanibal?!” (lihat Yohanes 6:52). Ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah roti yang telah turun  dari surga…” (lihat Yohanes 6:41), hati orang banyak itu langsung bereaksi. “Halaaah… saya tahu, Engkau kan anak tukang kayu… saya tahu nama ayah-Mu, Yusuf” (lihat Yohanes 6:42).  Orang banyak itu mengaitkan perkataan Tuhan Yesus dengan realita. Memang benar, realitanya Tuhan Yesus adalah anak Yusuf. Dan, mereka tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Ini berbeda dengan cara menafsirkan perkataan Tuhan Yesus oleh kedua belas murid.

Kedua belas murid tidak menafsirkan perkataan Tuhan Yesus secara literal dan realitas tetapi secara spiritual dan beyond reality (mengatasi realita). Maka ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Makanlah daging-Ku dan minumlah darah-Ku,” kedua belas murid itu menangkap maksudnya, yaitu bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai Domba Paskah yang harus dimakan oleh oleh umat Allah supaya luput dari maut dan mempunyai hidup yang kekal (lihat Yohanes 6:54-56). Kedua belas murid Tuhan Yesus memahaminya secara spiritual. Demikian juga ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Aku adalah roti yang turun dari surga,” kedua belas murid itu memahaminya bukan dalam arti realitas tetapi secara beyond reality, yaitu manna surgawi. Tuhan Yesus adalah makanan surgawi. Kedua belas murid memahami bahwa nenek moyang mereka makan manna selama 40 tahun di padang gurun dan mereka mati. Tetapi, apabila mereka makan roti surgawi, mereka tidak akan mati… mereka akan hidup kekal (lihat Yohanes 6:48-51). Itulah yang membuat kedua belas murid Kristus itu tidak mengundurkan diri. No turning back!

Yang ketiga… orang banyak itu mengundurkan diri karena Tuhan Yesus tidak mau menjadi seperti yang mereka inginkan. Mereka kecewa berat terhadap Tuhan Yesus. Saudara… sebelumnya orang banyak itu menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus melipatgandakan lima roti dan dua ikan. Dengan dua roti dan dua ikan, Tuhan Yesus mampu memberi makan lima ribu orang. Nah, berdasarkan pengalaman itu, orang banyak itu berharap Tuhan Yesus menjadi Mesias sosial. Dengan Tuhan Yesus menjadi Mesias sosial, orang banyak itu akan mendapat jaminan sosial di dunia ini… yaitu, mereka tidak akan kelaparan. Tuhan Yesus hendak mereka jadikan jaminan sosial, Saudara…. Orang banyak itu juga hendak menjadikan Tuhan Yesus sebagai Mesias politik. Mereka sudah menyaksikan betapa berkuasanya Tuhan Yesus. Maka, mereka berharap Tuhan Yesus akan membebaskan orang banyak itu dari penjajahan Roma. Tetapi, ternyata Tuhan Yesus menolak baik menjadi Mesias sosial maupun Mesias politik. Kecewalah orang banyak itu!

Kedua belas murid Tuhan Yesus berbeda. Mereka tetap setia kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias yang sejati kendati orang lain menolak Dia dan perkataan-Nya. “Tuhan… aku tidak akan mengundurkan diri. Tuhan… aku tidak akan ingkar terhadap-Mu. Tuhan… aku ingin setia mengikut Engkau!” Sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus berarti setia mengikuti-Nya sekalipun tuntutan-Nya bertentangan dengan realitas, bahkan sekalipun orang banyak meninggalkan Dia, dan kita tersingkir menjadi minoritas, terasing serta tak berdaya. Juga, sekalipun dalam persekutuan murid-murid-Nya hadir Iblis melalui diri salah seorang anggota persekutuan – yang terungkap dalam perilaku dan perkataannya yang mengkhianati Tuhan Yesus. No turning back!

Yang keempat... yang terakhir, Saudara. Orang banyak itu mengikut Dia karena mencari mukjizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus. Di dalam Yohanes 6:26 dengan jelas dikatakan Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Jelas kan, Saudara? Orang banyak itu mengikut Tuhan Yesus karena mereka butuh roti… karena perut mereka butuh isi. Saudara… tampaknya inilah persoalan utama yang membuat orang-orang itu mengundurkan diri. Orang banyak itu mengikut Tuhan Yesus bukan karena melihat tanda-tanda melainkan supaya perut mereka kenyang. Motivasi mereka salah saat mengikuti Tuhan Yesus.

Saudara… kalau Saudara membaca Injil Yohanes, Yohanes selalu menggunakan kata ‘tanda-tanda’ untuk menceritakan setiap mukjizat yang Tuhan Yesus perbuat. Mukjizat itu adalah tanda-tanda. Orang banyak itu mengikuti Tuhan Yesus hanya untuk mendapat berkat materi. Hati-hati, Saudara. Berkat materi tidak salah. Tetapi kalau itu yang menjadi motivasi Saudara mengikuti Tuhan Yesus, materi itu akan menjadi berhala. Itulah yang dipersoalkan Tuhan Yesus. Kedua belas murid berbeda dengan orang banyak yang mengundurkan diri dari mengikuti Tuhan Yesus, Saudara. Kedua belas murid tidak mencari tanda-tanda tetapi mencari Tuhan Yesus. Mereka mencari Tuhan Yesus, maka mereka menemukan Tuhan Yesus. Ketika mereka menemukan Tuhan Yesus mereka mengalami tanda-tanda Tuhan Yesus, mukjizat Tuhan Yesus.

Coba kita perhatikan ayat 69: ”dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Mereka mencari Tuhan Yesus dan mereka menemukan Yang Kudus dari Allah. Dalam ayat 69 ini ada satu prinsip yang harus kita ketahui, Saudara… apa prinsip itu? ”Kami telah percaya dan tahu…” Percaya dan tahu bukan tahu dan percaya. Orang dunia tahu dulu untuk percaya sedangkan bagi orang yang ada di dalam Kristus, percaya dulu dan engkau akan tahu. Percaya saja dulu dan engkau akan tahu Tuhan bisa membuat mukjizat di dalam hidupmu.

Saudara… saya mengatakan itu bukan berarti saya tidak percaya mukjizat. Saya sangat percaya mukjizat karena secara pribadi saya pernah mengalami mukjizat Tuhan. Selama lima tahun lebih ini saya mengalami mukjizat Tuhan, Saudara. Tanggal 28 Mei 2013 lalu saya dinyatakan sakit leukimia. Jadi, kalau hari ini saya masih bisa berdiri di hadapan Saudara; ini adalah mukjizat Tuhan. Tuhan masih memberikan kesempatan kepada saya untuk melayani Tuhan. Saya tetap mengucap syukur selama lima tahun lebih ini. Namun, ada satu prinsip mengenai tanda-tanda ini supaya Saudara tidak keliru. Mudahnya begini untuk memahami perkataan Yohanes bahwa mukjizat itu adalah tanda-tanda. Tadi pagi saya berdiri di depan sana lalu difoto sama Pak Yusak (menunjukkan foto Andy Kirana berdiri di jalan menuju gereja). Lalu ini ada tulisan dengan tanda panah “Masuk ke GBI Rehobot”. Tulisan dengan tanda panah itu merupakan apa, Saudara? (jemaat: petunjuk). Ya… petunjuk arah. Kalau mau ke gedung gereja GBI Rehobot, Saudara lewat jalan yang ditunjukkan oleh anak panah itu. Nah, mukjizat sebagai tanda-tanda artinya seperti itu, Saudara…. mukjizat merupakan petunjuk arah ke sasaran sebenarnya. Misalnya saya send foto ini (menunjukkan foto Andy Kirana berdiri di bawah petunjuk arah ke GBI Rehobot) ke teman-teman, lalu saya menulis, “Saya sudah sampai di GBI Rehobot”, apakah saya betul? Salah, Saudara. Saya belum sampai ke GBI Rehobot. Saya memang sudah mendapatkan petunjuk untuk masuk ke GBI Rehobot, tetapi saya belum sampai ke gedung gereja GBI Rehobot. Saya masih ada di luar gedung gereja. Nah, firman Tuhan katakan bahwa mukjizat adalah tanda-tanda. Jadi, kalau saya sudah mendapatkan mukjizat, apakah saya sudah sampai kepada Tuhan? Belum! Jadi, kalau saya sudah diberi mukjizat kesembuhan oleh Tuhan;  lalu saya berhenti pada mukjizat itu… saya rugi, Saudara. Kenapa? Karena saya baru sampai di petunjuk arah ini dan belum sampai kepada Tuhan. Karena itu, mestinya… setelah mendapatkan tanda-tanda atau mukjizat kesembuhan dari penyakit saya; saya harus mendekatkan diri kepada Tuhan…. saya harus berada bersama-sama dengan Tuhan… saya harus tetap setia melayani-Nya… Barulah saya sampai tujuan.

Dengan demikian, Saudara… ini yang ingin saya katakan… Tuhan Saudara dan saya… Tuhan Yesus lebih daripada mukjizat. Mukjizat itu hanya tanda-tanda… petunjuk arah. Tapi tujuan kita bukan berhenti di situ. Kita harus sampai kepada Tuhan Yesus dan bersama dengan Dia selama hidup kita.

Karena itu, setelah orang banyak mengundurkan diri dari mengikuti Tuhan Yesus, Dia mengumpulkan kedua belas murid-Nya lalu bertanya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Dengan pertanyaan itu, Tuhan Yesus sedang menantang komitmen kedua belas murid. Silakan, kalau kalian juga akan pergi. Para murid yang diwakili Rasul Petrus menjawab tantangan-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?” Ini yang luar biasa! Kedua belas murid memilih tetap bersama Tuhan Yesus. No turning back!

Sampai di sini, Saudara mungkin bertanya-tanya… apakah kedua belas murid semuanya mengikut Tuhan Yesus? Bukankah ada satu yang ingkar? Ya… betul. Orang banyak yang meninggalkan Tuhan Yesus itu jelas adalah orang-orang Kristen KTP. Dan di antara kedua belas murid itu, ada satu orang yang tidak kelihatan ke-Kristen KTP-annya. Siapa itu, Saudara? Ya… Yudas Iskariot. Tuhan katakan bahwa di dalam kedua belas orang murid itu ada Iblis. Orang ini bersama-sama dengan Tuhan, percaya apa yang dikatakan Tuhan; tetapi ia Iblis. Terus terang, ketika saya mempersiapkan khotbah ini, perkataan Tuhan itu menempelak saya. Saya katakan, “Jangan-jangan sayalah Iblis itu, Tuhan!” Iblis bisa ada dalam persekutuan. Bahkan, ketika seseorang sudah menjadi hamba Tuhan… aktif melayani Tuhan… bisa saja dia Iblis. Kalau ada orang Kristen yang seperti ini, Saudara… dia ada di dalam persekutuan, tetapi sebenarnya dia ada di luar; dia Yudas Iskariot… saya istilahkan orang seperti itu sebagai Kristen TKP. Kalau orang banyak yang jelas-jelas mengundurkan diri dari mengikut Tuhan Yesus tadi saya istilahkan Kristen KTP, orang seperti Yudas Iskariot ini Kristen TKP. Saudara tahu TKP… Tempat Kejadian Perkara. Apa maksudnya Saudara? Saat engkau berada di dalam gereja ini… saat berada di TKP, engkau memuji dan menyembah Tuhan. Tetapi, setelah engkau keluar dari gereja ini, keluar TKP, engkau memuji dan menyembah yang lain.

Yudas Iskariot bisa mengelabui kesebelas teman-temannya. Orang banyak tidak tahu bahwa Yudas Iskariot adalah Iblis. Bisa jadi suami kita tidak tahu, istri kita tidak tahu, teman segereja tidak tahu, teman sepelayanan tidak tahu, tetangga tidak tahu siapa kita… kita bisa mengelabui orang-orang di sekitar kita. Tetapi coba Saudara baca lagi ayat-ayat tadi… Tuhan Yesus tidak bisa dikelabui. Tuhan Yesus tahu! Ini harus menjadi cambuk bagi kita, Saudara.

Maka, yang terakhir, pertanyaan yang harus kita ajukan pada diri kita: Apakah kita akan memilih undur diri dari mengikut Tuhan Yesus? Atau mau tetap setia mengikut Dia? Pilihan yang tepat adalah… mari… mari Saudara… kita tetap mengiring Tuhan Yesus sampai selama-lamanya. Kita tetap mengasihi Dia dan jangan sekali-kali mengelabui Tuhan Yesus. Jangan sekali-kali mengundurkan diri.

I have decided, to follow Jesus. I have decided, to follow Jesus. I have decided, to follow Jesus. No turning back, no turning back!

Exit mobile version