Renungan Berjalan bersama Tuhan

Saksi Palsu

Saksi Palsu

Oleh: Pdt. Nathanael Channing

“Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik menelan dusta. Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal” (Amsal 19:28-29)

Bagaimana jika sahabat Anda melakukan korupsi dan Anda mengetahuinya dengan jelas bahwa yang dilakukan sahabat Anda itu memang tindakan yang tidak terpuji? Apakah Anda bersedia menjadi seorang saksi di pengadilan untuk menyatakan bahwa sahabat Anda itu memang bersalah dan sudah melakukan tindakan yang tidak benar? Atau, mungkin Anda mengenal seorang teman yang Anda kasihi, tetapi ia kecanduan narkoba. Apa yang Anda lakukan terhadapnya? Apakah Anda akan melaporkannya kepada polisi dan Anda bersedia menjadi saksi yang memberatkan teman Anda itu? Ataukah Anda melindunginya? Mudah atau tidak mudah? Membela atau menyatakan ia memang bersalah? Melindungi atau membiarkannya jatuh ke dalam hukuman yang berat? Sementara itu, Anda tahu bahwa peran saksi dalam pengadilan sangat menentukan pemberian hukuman atau pembebasan bagi terdakwa. Anda juga tahu bahwa seorang saksi harus menjalani “sumpah” agar tidak berbohong dalam memberikan kesaksiannya atau agar tidak memberikan kesaksian palsu. Bukankah itu menuntut suatu keputusan yang tidak mudah? Di satu sisi, ia adalah sahabat Anda, dan di sisi lain, ada hukuman yang berat atas tindakannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *