Seri Tujuh Dosa Maut: Kesombongan
oleh : Pdt. Joas Adiprasetya
“Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.” (Ams. 11:2)
“Pride perceiving humility honorable, often borrows her cloak.” (Thomas Fuller)
“Did you hear about the minister who said he had a wonderful sermon on humility but was waiting for a large crowd before preaching it?” (Anonymous)
satu
Kita semua mengenal apa artinya kesombongan. Seorang atlit yang menyombongkan diri sebagai yang terbaik, seorang pendeta yang membanggakan kemampuannya melakukan mujizat, seorang milyarder yang tanpa sungkan memamerkan kekayaannya, dan sebagainya dan seterusnya. Kesombongan ada sahabat karib orang Farisi yang berdoa, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Luk. 18:11-12). Mungkin orang Farisi ini “hanya” memiliki satu dosa, yaitu kesombongan, namun sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, yang dia miliki adalah “the great sin.” Jika dibandingkan dengan kesombongan, C.S. Lewis berkata dalam bukunya, Mere Christianity, “kesenonohan, kemarahan, kerakusan, mabuk-mabukan, hanyalah sekedar gigitan nyamuk.” Kesombongan adalah dipenuhinya hati dengan perasaan bahwa akulah yang terpenting (self-importance). Singkatnya, kesombongan membentuk citra diri yang keliru.