Setia di Tengah Luka (Yeremia 8:18-9:1)
oleh: Pdt. Wahyu ‘wepe’ Pramudya
Sebagai seorang pendeta, beberapa kali saya mendapatkan keistimewaan tertentu, seperti ketika saya mengantre untuk mengambil makan, dan tanpa sengaja piring saya menyentuh orang di depan saya. Ketika orang itu berbalik, dan mengenali saya, maka ia berkata, “Oh … Pak Wahyu, Pak Pendeta, silakan duluan, Pak!” Hal ini berulang kali terjadi—awalnya memang tidak disengaja namun pada akhirnya saya sengaja agar dapat segera menikmati makanan yang ada. Orang-orang yang mengenal saya selalu bersedia mempersilakan saya mengambil makanan terlebih dahulu. Mengapa orang bisa begitu bermurah hati dengan mempersilakan orang lain mengambil makanan lebih dulu? Apakah memang orang selalu bisa mendahulukan orang lain?