Taklukkan dan Berkuasalah
Oleh: Pdt. Nathanael Channing
Kejadian 7:1-7
Kita mungkin ngeri ketika mendengar perintah, “Taklukkan dan berkuasalah.” Sekalipun terdengar tidak enak di telinga, entah tanpa sengaja atau secara tidak langsung manusia kerap terbiasa melakukan hal itu, bahkan dengan cara yang kejam. Bukankah kita sering menemui orang yang memaki maki, mengolok-olok dengan kata-kata yang tidak senonoh, kotor, dan menyakitkan? Bukankah itu bentuk kekejaman? Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena ada tingkatan-tingkatan status dalam hubungan antarsesama. Ada pemimpin dan ada bawahan; ada tuan, nyonya, dan pembantu rumah tangga; ada bos dan ada karyawan. Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga, ada suami dan ada istri. Ada orang yang lebih intelektual dan ada yang bodoh dan sederhana sehingga ketika diajak bicara tidak nyambung. Ada orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dan ada yang memiliki kelemahan-kelemahan tertentu di dalam dirinya. Semua itu membuat antara orang yang satu dengan orang yang lain saling merendahkan. Yang lebih tinggi merasa lebih mampu dari yang lemah. Bahasa yang dipakai selalu merendahkan, menghina, dan menyakitkan. Terjadilah kehidupan yang saling menaklukkan dan menguasai. Orang yang satu lebih berkuasa daripada yang lain dan itu dilakukan setiap hari, entah disadari atau tidak, sehingga orang yang mempunyai kelebihan merasa menjadi “raja” dan orang yang memiliki kelemahan semakin merasa tertindas dan stres.