Site icon

Tangan yang Malas Bekerja

Tangan yang Malas Bekerja

Oleh: Pdt. Nathanael Channing

“Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.” (Amsal 21:25)

Amsal menyampaikannya dengan sangat keras. Dengan kata lain, orang yang malas sama dengan orang yang bunuh diri. Cepat atau lambat “bunuh diri” ini bisa terjadi, tergantung sejauh mana kemalasan itu dijalaninya. Malas itu menyenangkan, menyusahkan, atau membawa kenikmatan tersendiri? Jika kemalasan itu menyenangkan, tidak sulit, tidak ada jerih lelah, tidak memeras keringat dan membanting tulang, maka peminatnya pasti banyak. Mengapa? Karena tanpa bekerja keras, si pemalas akan mendapatkan hasil yang besar, akan meraih kesuksesan bahkan ketenaran. Namun, ternyata semua itu hanya ilusi, bayangan, dan tidak mungkin menjadi kenyataan. Maka, Amsal menyampaikan bahwa orang yang malas sudah berada di jalur bunuh diri! Semua keinginan yang muncul dibunuhnya, dimatikannya, disingkirkannya, atau sama sekali dibuang sehingga sampai pada satu titik saat ia sama sekali tidak mempunyai keinginan atau kerinduan untuk bekerja.

Lalu, dari mana kemalasan itu muncul? Pertama, karakter seseorang selalu dimulai dari kehidupan keluarga. Apa yang ditanamkan, dicontohkan, dan sejauh mana setiap orang dalam keluarga itu saling memperhatikan, memberikan dorongan, dan semangat, itulah yang memengaruhi. Jika ada salah satu anggota keluarga yang malas, kemalasan itu bukan terjadi saat ia dewasa, melainkan sejak masa kanak-kanak. Sejak kecil, anak-anak sudah harus mulai diberi pengertian dan ditanamkan bahwa kemalasan itu akan mendatangkan celaka bagi dirinya sendiri.

Kedua, kemalasan bisa muncul melalui pergaulan. Faktor ini sangat kuat. Kelompok-kelompok pergaulan bisa membentuk karakter seseorang. Jika ada kelompok yang rajin belajar, maka setiap orang di dalam kelompok itu akan menjadi orang-orang yang rajin. Seandainya ada satu orang yang malas, orang itu pasti akan terdorong oleh teman-teman yang lain untuk menjadi rajin. Akan tetapi, jika ada kelompok yang berisi orang-orang malas, maka semua anggota kelompok itu akan terbentuk menjadi orang yang malas juga. Amsal memberikan penjelasan tentang alasan kemalasan dapat membunuh dirinya, yaitu karena tangannya tidak mau bekerja. Tangannya enggan melakukan aktivitas, tidak mau bekerja. Pasti yang demikian akan berjalan menuju kehancuran. Amsal menyampaikannya dengan istilah “membunuh dirinya sendiri”. Siapa pun yang ingin berhasil, ia harus membuang jauh-jauh kemalasan yang ada di dalam dirinya dan tangannya harus terus berkarya serta bekerja dengan rajin. Amin.

Pokok Doa:

  1. Tuhan, sertailah aku supaya aku menjadi orang yang rajin dan tanganku terus berkarya serta bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Jauhkan diriku dari sikap malas karena itu akan membawa diriku menuju pada kehancuran.
  2. Tuhan, pimpinlah kami sebagai gereja dan mampukan kami untuk mengadakan pelatihan-pelatihan yang mendorong generasi muda supaya terampil dalam karya dan kerja mereka. Mampukanlah mereka untuk mengembangkan ide, kreativitas, dan hal-hal baru yang menunjang perubahan serta pengembangan yang lebih baik. Jauhkan kami dari pola hidup yang malas, terlebih lagi menularkan kemalasan kepada orang lain. Jadikan kami generasi muda gereja supaya dapat menjadi generasi yang rajin berkarya dan bekerja.
Exit mobile version