Tidak heran kedua penjahat itu juga ikut mengolok-olok Dia. “Pemberitaan Injil” itu dilakukan oleh para musuh Tuhan Yesus dengan maksud untuk mengolok-olok dan menghina Tuhan Yesus, berarti dengan maksud jahat. Tetapi kuasa pemberitaan Injil sama sekali tidak tergantung dari motivasi si pemberita Injil. Motivasi yang salah sekalipun tetap bisa dipakai oleh Allah untuk membuat orang bertobat. Pemberitaan Injil tidak tergantung kepada manusia. Apakah kualitas manusianya baik atau jahat, atau apakah maksud pemberitaannya tulus atau ada maksud tersembunyi. Berita Injil mempunyai kuasa dari dirinya sendiri, karena di sana ada kuasa Roh Kudus yang akan mengubah hati orang-orang pilihan. Kalau orang percaya lalai atau enggan memberitakan Injil, maka sebenarnya merekalah yang rugi, karena Amanat Agung diberikan kepada manusia, bukan karena Allah tidak sanggup memberitakan injil. Peristiwa Kornelius menunjukkan bahwa ketika para rasul gagal mengerti maksud Amanat Agung untuk memberitakan berita injil kepada semua bangsa, maka “terpaksa” Allah membuka hati dan pikiran pemimpin para rasul, yaitu Petrus. Ini kesempatan bagi pemimpin para rasul itu. Dan syukur kepada Allah bahwa Petrus akhirnya menyadari maksud Amanat Agung dengan benar. Perhatikan bahwa setelah mengutus malaikat kepada Korelius, Allah tetap memakai Petrus untuk memberitakan injil itu (Kis 10).
Tujuh Perkataan Salib: Bagian Pertama
April 11, 2022