Renungan Berjalan bersama Tuhan

Wahyu-Nya Terang bagi Hidupku

Wahyu-Nya Terang bagi Hidupku

Oleh: Pdt. Nathanael Channing

“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” (Amsal 29:18)

Pernyataan Amsal ini luar biasa. Apabila tidak ada “wahyu”, yaitu penyataan Allah kepada manusia, maka manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah yang benar. Hanya dengan penyataan Allah yang memperkenankan diri-Nya kepada manusia, maka di sana manusia dapat mengenal Allah dengan benar. Sejak dunia diciptakan, semuanya sudah selesai dengan hasil yang sangat baik. Manusia yang ditempatkan di Taman Eden baru dapat mengenal Allah ketika Allah menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Allah-lah yang mendatangi manusia dan Allah-lah yang memperkenalkan diri-Nya sehingga manusia mengenal Allah yang benar, dapat berkomunikasi dengan sempurna, dan mengenal kehendak-Nya dengan baik. Wahyu itu makin tampak jelas. Di dalam Alkitab, firman Tuhan yang telah diilhamkan oleh Allah semakin sempurna. Alkitab adalah firman Allah yang menuntun hidup umat-Nya.

Paulus berkata, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Wahyu Allah dinyatakan melalui firman-Nya yang bermanfaat untuk mengajar orang agar berjalan dalam kebenaran firman-Nya. Selain itu, firman-Nya juga dipakai untuk menyatakan kesalahan. Firman itu menjadi cermin kebenaran bagi manusia. Cermin itu yang menyatakan kesalahan yang sudah dilakukan oleh manusia. Bukan saja menyatakan kesalahan, tetapi firman-Nya juga berfungsi untuk memperbaiki kelakuan, memberikan jalan keluar, menuntun dalam kebenaran, memperbaiki yang salah, menundukkan yang salah, dan menyatakan hal yang benar. Dengan demikian, firman Tuhan itu mendidik orang dalam kebenaran. Firman Tuhan itu mendidik orang menuju kedewasaan rohani yang semakin mengenal Tuhan.

Amsal mengatakan bahwa jika tidak ada wahyu, maka liarlah rakyat, artinya masyarakat akan mengalami kekacauan karena orang akan bertindak menurut kehendaknya sendiri. Baik dan benar menurut dirinya sendiri, tidak ada kebenaran mutlak yang harus diikuti semua manusia. Yang seharusnya adalah kebenaran yang dijalani adalah kebenaran yang universal, kebenaran objektif untuk semua orang yang mau melakukan kebenaran, bukan yang bersifat subjektif, yakni menurut dirinya sendiri. Wahyu itu menyatakan hukum-hukum Allah yang harus dikenal dan ditaati, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai patokan atau pegangan dalam kebenaran. Mereka yang berpegang pada hukum kebenaran akan memiliki kebahagiaan yang sesungguhnya. Tuhan mengatakan, “Berbahagialah kamu.” Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *