Site icon

Berkat bagi yang Bersandar Pada-Nya

Daniel 6:13-29

Oleh: Pdt. Paulus Surya

Apakah inti berita dari Daniel 6:13-29 ini? Jika kita memperhatikan dengan saksama, maka kita akan mendapati inti beritanya adalah:

”Orang percaya yang tetap bersandar kepada Tuhan ditengah masalah yang menghimpitnya akan mengalami berkat-berkat Tuhan yang ajaib dalam hidupnya”.

Kebenaran ini dapat kita lihat terjadi pada Daniel. Ia tetap bersandar kepada Tuhan meskipun ada masalah yang menghimpitnya, yaitu ancaman hukuman mati jika tetap berdoa kepada Allah Israel. Kemudian kita melihat bahwa Daniel mengalami berkat-berkat Tuhan yang ajaib. Ia tidak mati/tetap hidup meskipun dimasukkan ke gua singa. Ia mendapatkan kembali kedudukannya yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya.

Kisah ini merupakan kisah luar biasa yang tercatat dalam Alkitab. Tapi saat saya menyiapkan khotbah ini, saya teringat akan kejadian yang menimpa orang Kristen yang hidup setia seperti Daniel, namun dibunuh oleh tentara ISIS. Bulan Oktober 2014 ada seorang Kristen dari Jepang yang bernama Kenji Goto pergi ke Timur Tengah. Ia adalah jurnalis yang mau mengumpulkan informasi dan menolong anak-anak miskin di Timur Tengah. Tapi di tengah usahanya ini, ia ditangkap tentara ISIS dan kemudian dipenggal kepalanya.

Juga saya teringat akan Stefanus, seorang diaken yang hidup setia kepada Tuhan, namun di rajam batu sampai mati (Kisah Para Rasul 7:60). Rasul Yakobus juga dicatat Alkitab, ia mati muda karena dibunuh dengan pedang. ”Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang” (Kisah Para Rasul 12:1-2).

Baik Kenji Goto, Stefanus dan Rasul Yakobus dapat dikatakan mereka hidup setia/bersandar kepada Tuhan seperti Daniel. Tapi mereka mengalami hal yang berbeda dengan Daniel. Kalau Daniel dilepaskan dari usaha orang yang mau membunuhnya, mereka ini tidak Tuhan lepaskan. Mereka terbunuh. Dengan kenyataan seperti ini, dimanakah berkat-berkat Tuhan yang ajaib bagi orang yang hidup setia serta bersandar kepada Tuhan?

Berdasarkan Daniel 6:13-29, mari kita melihat apa saja berkat Tuhan yang ajaib yang akan dialami oleh orang-orang percaya yang tetap bersandar pada Tuhan di tengah masalah yang menghimpitnya?

Mengalami Penyertaan Allah

Raja Darius sebenarnya berusaha untuk melepaskan Daniel dari gua singa. Tapi ia tidak bisa karena undang-undang orang Persia mengharuskan ketetapan yang sudah dibuat dan di tandatangani tidak bisa dibatalkan. Darius hanya bisa berharap supaya Allah menolong Daniel. Darius berkata kepada Daniel, ”Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau! (Daniel 6:17). Seperti yang diharapkan raja Darius, demikianlah yang terjadi pada Daniel. Pada saat Daniel dimasukkan ke gua singa, maka Allah menyatakan penyertaan-Nya kepada Daniel melalui mengirimkan malaikat-Nya. Daniel mengalami kebenaran firman Tuhan yang tertulis di Mazmur 34:8, ”Malaikat Tuhan berkemah disekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Ini suatu pernyataan firman Tuhan yang menjadi penghiburan dan kekuatan bagi orang-orang percaya.

Tapi bagaimana jika ada orang percaya yang hidup bersandar pada Tuhan tapi tetap akhirnya mengalami malapetaka atau terbunuh? Seperti Kenjio Goto, Stefanus dan Yakobus? Lukas 16:22 mencatat bahwa Allah juga mengirimkan malaikat-Nya membawa orang percaya kehadapan-Nya, ”Kemudian matilah orang miskin itu (lazarus), lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham”. Inilah penghiburan sejati bagi orang percaya yang bersandar kepada Allah. Baik hidup maupun mati, Tuhan menyertainya.

Penyertaan Allah kepada kita umat-Nya secara sempurna digenapi oleh Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia. Oleh sebab itu Yesus disebut sebagai Imanuel. Allah menyerta kita. ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita” (Matius 1:23). Yesus yang mati menanggung dosa-dosa umat-Nya telah bangkit kembali. Dengan kemenangan-Nya atas maut, Ia berjanji akan menyertai setiap kita murid-murid-Nya sampai kepada akhir zaman (bandingkan dengan Matius 28:19-20).

Pertanyaan pertama dalam buku Pengajaran Katekismus Heidelberg mengungkapkan tentang kebenaran ini: ”Apakah satu-satunya penghiburan Saudara, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati?” Dan jawabannya adalah: ”Bahwa aku, dengan tubuh dan jiwaku, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati, bukan milikku, melainkan milik Yesus Kristus, Juruselamatku yang setia. Dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya Dia telah melunasi seluruh hutang dosaku dan melepaskan aku dari segala kuasa iblis. Dia juga memelihara aku, sehingga tidak sehelai rambut pun jatuh dari kepalaku di luar kehendak Bapa yang ada di sorga, bahkan segala sesuatu yang terjadi akan berguna bagi hidup ku. Karena itu juga, oleh Roh-Nya yang kudus, Dia memberiku kepastian mengenai hidup yang kekal, dan menjadikan aku sungguh-sungguh rela dan siap untuk selanjutnya mengabdi kepada-Nya.”

Suatu kali ada pengantin baru yang tinggal di Amerika pergi honey-moon mengelilingi Amerika. Salah satu acara yang mereka adakan adalah mengikuti kapal pesiar beberapa hari. Saat dalam perjalanan dengan kapal di tengah lautan, ombak besar mengombang-ambingkan kapal mereka. Para penumpang semuanya menjadi ketakutan. Termasuk sang istri yang lagi honey-moon tersebut. Tapi yang mengherankan bagi si istri tersebut, ia melihat suaminya tenang-tenang saja.

Lalu dalam ketakutannya, sang istri berteriak kepada suaminya yang tetap duduk tenang meskipun ada badai besar mengombang-ambingkan kapal mereka. ”Hai suamiku, kenapa engkau tenang-tenag saja? Lihat ombak lautan yang begitu besar. Mungkin kapal kita segera akan tenggelam ke dalam lautan. Engkau dan aku akan mati jika kapal ini tenggelam!” Menanggapi perkataan istrinya, sang suami tiba-tiba mengambil dari tas nya sesuatu barang. Apa yang diambilnya? Rupanya ia mengambil sebuah pistol dari tasnya. Lalu ia menodongkan pistol tersebut kemuka istrinya sambil berkata,”Kamu takut tidak?” Istrinya spontan berkata, ”Ya tidak takutlah. Kamu kan mencintaiku. Maka pasti kamu tidak akan berbuat jahat kepadaku.” Lalu suami itu memasukkan kembali pistolnya ke tasnya. Dan ia berkata kepada istrinya, ”Ya itulah alasan kenapa aku tetap tenang-tenang saja di tengah badai ini. Seperti pistol ini ada di tanganku dan tidak mungkin aku gunakan untuk mencelakai orang yang aku kasihi. Demikian juga Tuhan yang mengendalikan angin badai dan ombak ini. Ia mengasihi kita, maka Ia tidak mungkin akan berlaku tidak baik kepada kita. Baik kapal ini selamat sampai di tujuan, ataupun terjadi sesuatu yang lain, semuanya ada dalam kendali Allah yang dalam Yesus sangat mengasihi kita.” Penjelasan sang suami tersebut membawa sang istri menjadi tenang hatinya.

Penyertaan Allah dalam Yesus kepada kita umatNya adalah berkat Tuhan yang ajaib, yang memberi ketenangan dan damai sejati kepada kita.

Melihat Kemuliaan Allah

Dalam hidup taat dan bersandar pada Tuhan, Daniel melihat kemuliaan Allah nyata dalam hidupnya. Apa saja kemuliaan Allah yang Daniel lihat dan alami? Ia selamat dari kematian di gua singa. Singa-singa yang ganas bukan saja terkatup mulutnya tapi mereka menjadi jinak. Ini adalah pertolongan Allah yang ajaib dalam hidup Daniel. Dan kejadian ini menunjukkan betapa kemuliaan Allah nyata dalam hidup Daniel. Ia dengan mata kepalanya sendiri melihat kemuliaan Allah terjadi dalam hidupnya.

Kemuliaan Allah juga ditunjukkan dengan Daniel melihat musuh-musuhnya menerima keadilan dari Tuhan. Tuhan menolong Daniel sehingga bukan Daniel yang dimakan singa-singa, tetapi justru musuh-musuhnya dan keluarganya yang menjadi makanan bagi singa-singa yang lapar itu.

Juga kemuliaan Allah terlihat saat raja Darius kemudian membuat surat keputusan yang meninggikan Allah Israel. Daniel menyaksikan bagaimana Allah yang disembahnya ditinggikan diantara orang-orang yang tidak mengenalNya. Raja Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala bangsa dan bahasa yang mendiami seluruh bumi, ”Bersama ini kuberikan perintah, bahwa diseluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya, pemerintahanNya tidak akan binasa dan kekuasaanNya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat dilangit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa” (Daniel 6:27-28).

Kemuliaan Allah seperti ini dilakukan Allah berulang-ulang dalam sejarah umatNya yang hidup bersandar kepadaNya:

Pada zaman Nuh, Allah menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari hukuman air bah terhadap manusia berdosa.

Pada jaman Yusuf, Allah menolong Yusuf secara ajaib. Ia dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya sebagai budak tetapi Allah membuatnya menjadi penguasa di Mesir

Bangsa Israel ditolong Allah dengan dikeluarkan dari perbudakan di Mesir yang sudah berlangsung ratusan tahun. Kemuliaan Allah nyata melalui kemenangan dan hukuman-Nya atas Firaun dan dewa-dewa Mesir. Kemuliaan Allah juga terlihat melalui membelah air laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat menyeberang dengan selamat dan terlepas dari kejaran Firaun dan tentara Mesir.

Allah menunjukkan kemuliaanNya melalui membawa kembali bangsa Israel yang di tawan di Babel ke tanah Kanaan.

Kemuliaan Allah yang yang sejati yang Allah nyatakan kepada manusia ialah melalui Yesus Kristus datang ke dunia. Ia menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa dan hukuman maut. Dengan kehidupan-Nya yang sempurna tanpa dosa, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, Ia menyelamatkan orang-orang pilihan-Nya. Dengan kita hidup menjadi saksi Kristus, berarti kita hidup memancarkan kemuliaan Allah yang sejati.

Ada seorang wanita yang rindu melayani Tuhan. Namun ia merasa tidak memiliki apa-apa. Dia hanya bekerja menjadi seorang pembantu di sebuah keluarga di China. Tapi ia berdoa terus kepada Tuhan, supaya Tuhan memberinya kesempatan untuk bisa hidup melayaniNya. Suatu kali wanita tersebut mendapat tugas untuk mengasuh anak yang masih kecil dari majikannya. Siang malam ia menghabiskan waktunya dengan anak kecil itu. Ia mulai memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak kecil tersebut secara perlahan-lahan. Sampai tanpa terasa anak itu tumbuh benar-benar menjadi anak yang memahami tentang Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamatnya secara pribadi.

Tuhan menjawab doa dari wanita tersebut. Tuhan memakainya menjadi alat yang membawa jiwa bagi Kristus. Dan lebih dari hal tersebut, ternyata Tuhan memakai anak kecil tersebut untuk membawa kedua orang tuanya juga menerima Kristus. Dan anak kecil tersebut bertumbuh menjadi seorang dewasa yang menyerahkan diri untuk melayani Tuhan Yesus sebagai misionaris. Kemuliaan Allah nyata bagi orang yang hidup bersandar kepada Tuhan.

Memiliki Kesempatan Hidup bagi-Nya

Ayat 29 mencatat, ”Dan Daniel ini memiliki kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius.” Dengan kedudukan tinggi ini, Daniel diberi kesempatan luar biasa oleh Tuhan untuk hidup bagi kemuliaan-Nya. Daniel sangat ditinggikan dari sebelumnya sangat direndahkan. Apa yang dialami Daniel ini sebenarnya secara analogi bisa menjadi gambaran tentang Yesus.

Daniel dicari-cari kesalahannya oleh para pejabat pemerintahan untuk dicelakakan; Yesus dicari-cari kesalahannya oleh imam-imam kepala, ahli taurat dan orang-orang Yahudi.

Daniel tidak ditemui kesalahannya; Yesus juga tidak ditemui kesalahannya.

Daniel dibela oleh Darius untuk diselamatkan tapi gagal; Yesus juga dibela oleh Pilatus untuk dilepaskan tapi gagal.

Daniel dimasukkan ke gua singa lalu ditutup dengan batu dan dimeteraikan; Yesus dikubur dan kuburnya juga ditutup dengan batu dan dimeteraikan.

Daniel pagi-pagi benar ditemui Darius masih hidup; Yesus pagi-pagi benar ditemui oleh para wanita juga hidup: Ia telah bangkit dari kematian.

Yesus lebih besar daripada Daniel. Kematian dan kebangkitan-Nya menyelamatkan setiap orang yang percaya. Inilah berita yang harus kita sebarkan tatkala kita diberi kesempatan untuk hidup bagi-Nya. Inilah juga berita yang memampukan kita yang telah ditebus-Nya untuk hidup bagi Allah.

Gamachis adalah seorang pemuda Ethiopia yang suatu hari bepergian dengan naik bus. Di tengah perjalanan, bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan dan masuk ke sebuah jurang yang dalam. Semua penumpang meninggal, kecuali dirinya. Kejadian ini membuat Gamachis bersyukur dan menyerahkan diri untuk hidup bagi Tuhan.

Pada dasarnya setiap kita orang percaya kepada Yesus adalah orang yang telah diselamatkan oleh Allah dengan ajaib. Sudah seharusnya kita mengabdikan diri kita kepada Tuhan.

Wanyama Humphrey, pria dari Kenya mengalami hal yang serupa dengan Gamachis. Wanyama masuk sekolah tentara. Suatu kali ia bersama teman-temannya bepergian dengan sebuah bus. Di tengah jalan, tiba-tiba bus mereka di tembaki oleh sekelompok orang tidak dikenal. Hampir semua teman-temannya tewas karena penembakan itu. Tapi ajaibnya Wanyama selamat, tidak ada luka tembak sama sekali di tubuhnya. Kejadian ini membuat ia menyadari betapa luar biasanya Tuhan melindungi dirinya. Oleh sebab itu ia bersyukur kepada Tuhan Yesus dengan mengabdikan diri untuk hidup bagi Tuhan seumur hidupnya.

Setiap orang percaya Yesus yang meninggal dunia akan selamanya memiliki kesempatan hidup bagi Allah. Tetapi bila saat ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia, itu berarti Tuhan mau untuk kita memakainya bagi kemuliaan-Nya.

Tuhan mau kita hidup berbuah bagi-Nya. Meninggikan pribadi Yesus dan karya-Nya.

Exit mobile version