Site icon

Langkahku Diawasi-Nya

Langkahku Diawasi-Nya

oleh: Pdt. Nathanael Channing

 

Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasi-Nya” (Amsal 5:21).

Kita mungkin pernah mendengar tentang rumah yang terletak di tusuk sate. Jika ada jalan lurus yang ujungnya hanya bisa belok kanan atau belok kiri, rumah yang persis di ujung jalan itulah yang disebut rumah tusuk sate. Rumah pada posisi “tusuk sate” biasanya tidak laku dijual. Mengapa? Karena ada kepercayaan bahwa rumah yang demikian tidak mendatangkan keberuntungan. Orang yang menghuninya akan sial terus-menerus, dalam pekerjaan, kesehatan, keluarga, dan sebagainya. Namun, kita juga menemui beberapa orang yang melawan kepercayaan itu. Banyak rumah “tusuk sate” yang justru mendatangkan keberuntungan dan orang-orang yang ada di dalamnya hidup penuh sukacita dan damai sejahtera. Mari kita mencoba mengarahkan pandangan kita pada posisi jalan “tusuk sate”. Orang yang berdiri di depan jalan itu akan dengan leluasa memandang yang ada di depannya. Jelas lebih enak memandang dari sudut pandang tengah, seperti “tusuk sate”, daripada pandangan dari sudut pojok dan terpencil. Pandangan “tusuk sate” bisa melihat titik tengahnya, kemudian bisa ke kanan dan ke kiri dengan leluasa, tanpa mengalami halangan apa pun.

 

Seperti itulah mata Tuhan memandang ke depan, ke jalan yang lebar dan luas, yang tidak ada hambatannya. Di jalan yang seperti itulah kita melangkahkan kaki kita dan mata Tuhan memandang dengan bebas. Ke mana kaki kita melangkah, tujuan mana yang akan kita capai, tempat mana yang bisa kita datangi, mata Tuhan melihat dengan bebas. Bahkan Amsal mengatakan “segala langkah orang diawasi-Nya”. Ketika seseorang melangkah, itu masih dalam proses perjalanan, belum sampai pada tempat dan tujuan yang akan dicapai. Saat melangkah satu demi satu, Tuhan mengawasi dengan baik. Tuhan mengawasi bukan hanya langkah-langkah kita yang berjalan menuju tempat kita mau, melainkan pengawasan Tuhan sudah dimulai dari niat hati kita mau ke mana. Mengapa demikian? Karena langkah seseorang bukan sekadar gerakan kaki kanan dan kaki kiri. Kaki tidak akan melangkah kalau tidak ada yang memerintahkan untuk melangkah. Hati dan pikiran menjadi sumber agar kaki kita melangkah. Langkah kaki pada jalan yang benar itu dimulai dari hati dan pikiran kita mau melangkah ke mana. Jika hati dan pikiran kita benar, langkah-langkah kaki kita juga ada di jalan yang benar. Amin.

 

Pokok Doa:

 

 

Exit mobile version