Site icon

Menolong yang Tidak Berdaya

Menolong yang Tidak Berdaya

Roma 8:1-10

Oleh: Pdt. Nathanael Channing

Pernahkah kita merasa tidak berdaya? Pernahkah kita berada dalam situasi dan kondisi yang di dalamnya kita tidak mampu berbuat apa-apa selain mengharapkan bantuan orang lain. Mungkin saat itu kita sedang sakit, tubuh lemah, dan tidak kuat berjalan. Atau mungkin saat itu kita sedang mengalami kesulitan ekonomi, uang benar-benar habis, anak-anak harus putus sekolah, dan kita tidak tahu harus makan apa. Bisa juga saat itu kita ditodong penjahat di tengah jalan, atau kehilangan dompet ketika berada di luar kota, atau kunci mobil tertinggal di dalam mobil sehingga kita tidak bisa masuk. Kita kerap mengalami ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi dan menyelesaikan persoalan yang sedang kita hadapi, dan membutuhkan pertolongan orang lain.

Tidak berdaya adalah hal yang sama sekali tidak kita inginkan karena saat itu kita berada dalam kondisi kritis dan putus asa. Adakalanya kita merasa kecewa kepada Tuhan dan sesama, marah kepada diri sendiri, frustrasi, bahkan depresi. Bahkan ada orang yang tega mengakhiri hidupnya, seperti kasus seorang pengusaha tempe yang bunuh diri karena harga kedelai melambung tinggi. Orang-orang itu merasa gagal dan tidak berdaya lagi dalam menjalani hidup ini!

Paulus pun pernah mengungkapkan perasaan tidak berdaya yang dialaminya. Ia berkata, “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Roma 8:3). Saat itu Paulus tidak berdaya untuk menjalani kehidupan yang baik dan benar; mempraktikkan kasih dan keadilan; hidup kudus, tak bercacat secara moral, jujur, tanpa tipu daya. Ia tak berdaya menjalani hidup ini apa adanya. Ia tak bisa hidup tanpa topeng-topeng kehidupan yang menunjukkan karakter dan perbuatan baik. Ketidakberdayaan menjalani hidup yang benar itulah yang membawa manusia pada kebinasaan karena kita berada di dalam hukuman Allah. Manusia yang berdosa sudah tak lagi berdaya untuk menyelamatkan dirinya, bahkan dengan cara apa pun. Manusia tidak bisa selamat dan menuju pada kebinasaan. Dalam keadaan yang tidak berdaya ini, Paulus bersyukur karena Allah Bapa mengasihi manusia yang seharusnya binasa. Puji Tuhan, Allah mengutus Yesus datang ke dalam dunia untuk menolong, menggantikan, dan menebus kita dari yang tidak berdaya menjadi berdaya di dalam Dia. Yesus telah menggenapi seluruh hukum Taurat sehingga kita dijadikan berdaya! Di dalam Yesus, seluruh tuntutan hukum Taurat sudah digenapi-Nya sehingga semua yang percaya dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Amin.

Pokok Doa:

  1. Tuhan aku bersyukur karena di dalam ketidakberdayaanku, Engkau menganugerahiku hidup yang kekal. Hidup yang sia-sia dan tanpa daya ini telah Engkau ubah menjadi hidup yang berarti, tidak sia-sia, dan kekal. Tuhan, aku rindu agar aku tidak menyia-nyakan waktu yang ada, menjadi berkat bagi mereka yang tidak berdaya, menyaksikan anugerah Yesus kepada mereka yang belum mengenal Engkau.
  2. Tuhan, terima kasih atas keselamatan yang Engkau karuniakan di tengah-tengah ketidakberdayaan kami sebagai gereja. Pimpinlah kami agar gereja dapat menjadi berkat bagi mereka yang lemah, miskin, dan tidak berdaya. Jadikan gereja sebagai saksi Tuhan yang nyata di lingkungan sekitar. Pimpinlah pelayanan diakonia, supaya melaluinya, gereja menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan.
Exit mobile version