Site icon

Peranan Kuasa Roh Kudus Atas Hidup Kita

Peranan Kuasa Roh Kudus Atas Hidup Kita

Roma 15:13,19 a

oleh: Jenny Wongka †

Hari ini, ketika saya sedang menulis naskah ini, bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta, hari peringatan turunnya Roh Kudus. Saya ingin mengajak Anda untuk merenungkan kembali janji Yesus kepada murid-murid-Nya. Dia berpesan kepada mereka untuk tidak meninggalkan kota Yerusalem sampai Dia menepati janji-Nya untuk mengutus seorang Penolong yang lain, Parakletos, yakni dalam bahasa aslinya berarti: Pendamping yang berdiri di samping seseorang; berfungsi untuk menjadi advokat, atau penasihat; atau sebagai Penghibur bagi setiap orang percaya.

 

Sebagai anak-anak Tuhan dan juga murid-murid-Nya, kita tidak seharusnya terus terlena dengan iman kepercayaan kita, sehingga kita menjadi Kristen yang statis. Seorang Kristen bukanlah penganut agama Kristen yang hanya rutin ke gereja setiap hari Minggu, menjadi hamba Tuhan sebagai pendeta maupun majelis atau pengurus gereja, dan berbagai aktivitas yang berbau Kristen. Kita pun harus bertumbuh di dalam pengetahuan dan pengalaman rohani. Alangkah indahnya apabila setiap orang Kristen dalam jemaat kita masing-masing mengutamakan pertumbuhan rohani; sehingga ketika setiap anggota tubuh Kristus bertumbuh; maka gereja pun bertumbuh dewasa, mantap dan teguh berdiri pada doktrin Alkitab. Dengan demikian tidak ada ada lagi orang Kristen yang terombang-ambing oleh ajaran keliru dan sesat pada zaman ini.

 

Dalam konteks peringatan Hari Pantekosta, saya ingin mengajak Anda untuk mendalami pengenalan kita akan Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang kita sembah dan imani, yaitu Roh Kudus. Agar kita memiliki konsep pengenalan yang tepat akan Roh Kudus dan mampu menjalani tuntunan-Nya, maka kita perlu bimbingan Roh Kudus dalam sepanjang perjalanan rohani kita masing-masing.

 

Rasul Paulus dalam Roma 15:13 berharap “semoga Allah, sumber pengharapan memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” Ayat ini menunjukkan kebutuhan kita sebagai jemaat dan pribadi akan kekuatan Roh Kudus, sehingga kita bisa semakin berlimpah-limpah dalam pengharapan. Selanjutnya pada ayat 19, Paulus memperlihatkan kita bahwa “tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dari kuasa Roh Kudus” mendampingi pemberitaan Injil yang dilakukannya di tengah-tengah orang non-Yahudi.

 

Untuk memudahkan pengertian kita, saya membagikan sebuah ilustrasi yang memaparkan suatu kebenaran yang sama. Mari kita bayangkan sebuah wilayah yang mengalami musim salju. Pada saat itu salju turun dengan lebat; sehingga terlihat di jalan-jalan maupun atap-atap rumah dilapisi dengan salju yang tebal. Ada dua rumah yang menarik untuk diamati. Terlihat jelas perbedaan atap antara dua rumah itu. Di atas atap rumah pertama, salju yang tebal sedikit demi sedikit meleleh sehingga atap itu mulai terlihat. Tetapi pada rumah kedua tidak tampak perubahan, salju masih saja tebal menutupi atapnya, bahkan semakin tebal. Dapatkah Anda menebak mengapa pada musim salju yang sama, dengan curah salju yang sama, terjadi hal yang berbeda dari kedua rumah tersebut? Jawabannya adalah temperatur di dalam rumah. Pemilik rumah yang pertama membakar banyak kayu untuk menghangatkan seisi rumah, sehingga salju mulai meleleh. Sedangkan pemilik rumah kedua tidak berusaha menghangatkan rumahnya dengan membakar kayu di perapian.

 

Pada dasarnya, Allah menciptakan manusia dengan kehendak baik untuk melakukan perbuatan baik, yang kemudian memancarkan kehangatan hidup Kristiani dari dalam hati kita. Kita pasti mampu mewujudkan kehidupan Kristiani yang menjadi berkat bagi sesama, yang kemudian terwujud dalam bentuk kehangatan kasih. Selanjutnya, kehangatan kasih itu akan terpancar dari perilaku kita di hadapan keluarga, teman-teman, rekan kerja, bahkan lingkungan masyarakat di mana Tuhan menempatkan kita.

 

Bulan Mei 1992, saya diberikan kesempatan untuk melayani di Probolinggo, sebuah kota di Jawa Timur. Di sana saya berduskusi dengan seseorang perihal sebuah tantangan yang sedang dihadapinya. Ada satu aliran Kristen yang menyerang imannya secara pribadi dan keyakinan gerejanya, dengan mengatakan bahwa ia dan gerejanya tidak memiliki Roh Kudus. Hal itu dinyatakan karena menurut orang-orang dari gereja tertentu itu, ia dan gerejanya belum menerima baptisan Roh Kudus, dan itu dapat dilihat dari tidak adanya praktik bahasa roh, tidak ada yang memiliki karunia nubuatan, dan berbagai karunia roh lainnya di dalam gerejanya. Sesungguhnya anggapan ini sangatlah keliru. Atas dasar apakah seseorang dapat menghakimi orang Kristen dan gereja Tuhan dengan tuduhan tidak memiliki Roh Kudus? Sesungguhnya, setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus, dan yang telah menerima Dia sebagai Juruselamat pribadinya, harus meyakini bahwa pada saat itu juga ia menerima Roh Kudus di dalam hatinya; dan Roh itulah yang bersaksi bagi kita bahwa Kristus adalah anak Allah. Justru peranan Roh kudus di dalam hati kitalah yang memampukan kita mengerti akan kebenaran firman Allah, serta menegur kita pada saat kita mulai menyimpang dari jalan-Nya. Roh Kudus yang menginsafkan kita akan dosa, penghakiman, dan kebutuhan kita akan keselamatan. Dalam hal ini saya tidak sedang ingin menghakimi ajaran Kristen yang lain. Tetapi saya hanya ingin menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dengan ceroboh dapat menilai orang lain yang memiliki pola serta tata ibadah yang berbeda dengan mereka, lalu dengan mudahnya menuduh orang lain itu tidak memiliki Roh Kudus.

 

Singkatnya, saya ingin agar kita semua memiliki konsep yang tepat tentang peranan kuasa Roh Kudus atas kita. Kita akan melihat serta memelajari apa yang diperbuat Roh Kudus atas diri kita, untuk menemukan kepastian bahwa kita memiliki Roh Kudus dalam diri kita secara pribadi maupun secara kolektif dalam jemaat.

 

Kekuatan Roh Kudus Nyata Dalam Diri kita Dengan Membangkitkan Kehidupan Rohani Kita

Semua hidup rohani yang berada di dunia ini adalah hasil ciptaan Allah Tritunggal, yang salah satu pribadinya adalah Roh Kudus. Melalui Roh Kudus, Yesus Kristus membangkitkan kehidupan rohani setiap orang yang dikehendaki-Nya. Coba kita ingat kembali masa-masa sebelum kita percaya pada Yesus. Mungkin kita akan mencibir ketika mendengar seseorang berkata: “Engkau adalah orang berdosa. Sesungguhnya engkau telah mati dalam kegelapan dosa. Kau akan menerima hukuman kekal. Tetapi, hanya ada satu jalan yang dapat kau tempuh agar engkau terlepas dari hukuman kekal ini. Engkau harus menerima karya penebusan Kristus atas dosa-dosamu, agar engkau diselamatkan serta memeroleh hidup yang kekal.” Kita akan membenci setiap orang yang mengucapkan kalimat yang terdengar “sok rohani” ini, sehingga untuk memikirkannya adalah hal yang mustahil. Tetapi kenyataannya berbeda, oleh kasih karunia serta kemurahan Allah, manakala firman-Nya diberitakan, Roh Kudus bekerja secara luar biasa di dalam hati kita, serta membuka dan menyingkapkan selubung pengertian kita. Pada momen yang menentukan itu pula, kita dapat melihat keadaan kita yang sesungguhnya. Dan dengan kerelaan hati kita dapat menerima segala kebenaran tentang Allah, walaupun mungkin pada saat itu kita tidak dapat menerima dengan akal kita. Kesadaran atas siapa diri kita yang sebenarnya inilah yang juga mendorong kita untuk mengambil keputusan yang paling penting dalam hidup ini: menerima Yesus selaku Tuhan dan Juruselamat pribadi. Mengapa ada perubahan yang sangat kontras dengan reaksi kita sebelumnya? Jawabannya tidak lain adalah karena karya Roh Kudus yang bekerja membangkitkan kehidupan rohani kita, serta tuntutan-Nya pada pribadi kita masing-masing.

 

Apakah saat ini kehidupan rohani Anda tidak mengalami perubahan alias berada dalam kondisi statis? Marilah kita mengoreksi diri dan memohon belas kasihan Allah agar kita untuk bertumbuh dengan cepat dalam kehidupan rohani kita. Kehidupan Kristiani kita tidak seharusnya menjadi statis, sebaliknya, harus dinamis dan bertumbuh dalam proses pertumbuhan sehat ke arah kedewasaan rohani. Dengan kondisi rohani yang demikian kita akan dipakai Roh Kudus untuk menolong jiwa-jiwa yang mati karena tidak memiliki Kristus di dalam hidup mereka.

 

Roh Kudus Menyinari Umat-Nya

Roh Kudus menyinari umat pilihan Allah dengan memberikan firman-Nya yang sudah dituliskan dalam bentuk Alkitab. Maksudnya adalah membuat kita memahami segala pengajaran dan tuntutan Allah yang diberikan kepada kita, dan yang selama ini tidak atau belum kita mengerti. Bukan karena kita adalah orang awam, tetapi setiap manusia memiliki keterbatasan dalam memahami firman Allah. Tak ada seorang pun yang berhak mengklaim dirinya memiliki pemahaman yang sempurna mengenai firman Allah. Kepada setiap pribadi, baik orang Kristen awam atau bahkan penginjil maupun pelayan firman sekalipun tetap memerlukan bimbingan dan pencerahan dari Roh Kudus atas diri mereka untuk mencapai tahap pengertian tertentu.

 

Saya pernah mendengar seseorang petobat baru bersaksi demikian di depan jemaat gerejanya: “saya sudah belajar dalam kelas katekisasi selama enam bulan terakhir ini, setiap minggu satu kali selama dua jam. Dasar-dasar iman Kristen telah diajarkan kepada kami. Namun dengan jujur saya harus mengakui bahwa sesungguhnya saya belum memahami keseluruhzn pengajaran Alkitab dengan sempurna.” Ini adalah sebuah ungkapan jujur dan lumrah. Tetapi dengan pemahamannya yang terbatas akan firman Allah, ia telah berketetapan bulat untuk bersaksi di hadapan Allah, anggota jemaat, bahkan di depan iblis sekalipun bahwa ia adalah seorang anak Allah yang telah menerima baptisan kudus. Suatu pernyataan yang berani, bukan? Semua ini dapat dilakukannya hanya karena Roh Kudus yang memberinya kekuatan untuk bersaksi dan menyingkapkan pemahaman akan firman Allah seturut dengan tingkatan kemampuannya dalam memahami sesuatu.

 

Saya yakin Anda telah melihat bahkan secara pribadi mengalami karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Kita dimampukan untuk merindukan dan mengimani keberadaan Allah dalam hidup kita serta dituntun untuk memahami firman-Nya. Bukan oleh karena kepandaian, kehebatan, maupun segala keahlian yang mampu kita banggakan, kita dapat membawa seseorang pada iman kepada Kristus. Walaupun kenyataannya memang kita mampu bersaksi di hadapan orang lain, orang tua kita, sanak saudara atau rekan kerja, atau teman sekelas kita, dan pada akhirnya mereka bertobat dan menerima Kristus secara pribadi, tetapi kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa sesungguhnya kita telah dipakai sebagai alat. Karya Roh Kudus yang bekerja dan mengubah hati itulah yang telah membuat mereka bertobat. Roh Kuduslah yang telah menyingkapkan pengertian dan pengenalan akan Allah, sehingga orang dapat percaya dan beriman.

 

Roh Kudus Berkarya Untuk Mengangkat Orang Percaya Sebagai Anak Allah

Roma 8:15 berbunyi demikian: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru; ya Abba, ya Bapa!” Saya dan Anda lahir baru di dalam Roh Kudus, serta menerima anugerah sebagai anak-anak Allah. Dengan anugerah inilah kita bertumbuh, bergumul dengan berbagai jatuh-bangun kehidupan untuk mencapai kedewasaan rohani, sehingga kita mampu mewujudkan hidup yang sepadan dengan status kita sebagai anak-anak yang telah diangkat oleh Allah sendiri.

 

Jemaat Tuhan atau gereja kita tidak pernah merasa bahagia kecuali jika mereka menyadari bahwa mereka semua adalah anak-anak Allah, dan dengan memahami status baru kita, kita mulai berjalan, melangkah, berani bersaksi dan melayani Allah. Ini adalah wujud pelayanan bagi Allah yang hanya dilakukan untuk mendapat perkenan Allah semata. Bukan tindakan untuk menuntut imbalan dari Allah ataupun pujian dari sesama,. melainkan suatu ungkapan syukur dan terima kasih kita atas karya keselamatan yang telah kita terima. Bayangkan kita sebagai bagian dari tubuh Kristus berada di dalam Rumah Tuhan sebagai anak-anak-Nya; sebuah rumah yang manis, harmonis, yang dipenuhi dengan ikatan kasih Ilahi yang mempersatukan kita. Kita juga berbagi tugas dalam pelayanan kita di dalam rumah itu, bukan malah sikut-menyikut, saling menyingkirkan. Tidak ada rasa iri dan ambisi untuk menjadi besar.

 

Adapun karunia Roh Kudus bagi kita di dalam Rumah Tuhan adalah damai sejahtera, perhentian, sukacita, keberanian untuk bersaksi, dan harmoni kudus dengan Allah dan saudara-saudara seiman yang sama-sama telah diangkat sebagai anak-anak-Nya melalui pertolongan Roh Kudus. Saya yakin Anda pasti setuju dengan pendapat saya berikut: tatkala kita sebagai anak-anak Tuhan yang diam di dalam rumah-Nya mewujudkan keindahan, ketekunan, serta keharmonisan dalam hidup bergereja, maka kemajuan pesat gereja bukanlah hal yang mustahil. Orang Kristen di dalam gereja kita masing-masing akan bertambah secara kuantitas maupun kualitas di dalam iman yang kuat. Gereja akan sanggup menjadi kesaksian yang hidup, bagaikan sepucuk surat yang terbaca dengan jelas oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya.

 

Roh Kudus Disebut Sebagai Roh yang Kudus

Roh yang kudus selalu berdukacita dan meratapi dosa yang diperbuat manusia. Alkitab sendiri memperingatkan kita untuk tidak mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30) Kudus dalam konteks ini  bukan sekadar bentuk moralitas belaka untuk mewujudkan persepsi Allah secara lahiriah melalui pelaksanaan tanggung jawab kita sehari-hari sebagai anak-anak-Nya saja, melainkan suatu kekudusan meliputi seluruh keberadaan kita. Kita dikuduskan atau dipisahkan untuk dibentuk seturut dengan kehendak Allah sendiri.

 

Allah tidak pernah berkompromi dengan dosa. Kepada kita dituntut tanggung jawab untuk mennjaga kekudusan pribadi dan kekudusan gereja secara utuh. Sebagai anak-anak Allah, kita tidak memiliki alasan untuk berbuat dosa. Ketika saya masih kecil, saya terkesan dengan kisah tentang Akhan di dalam Perjanjian Lama. Waktu itu, guru sekolah minggu saya berkisah bahwa Akhan mencuri dan menyimpan barang-barang jarahan dari bangsa lain yang dikhususkan bagi Allah, dan menyembunyikan di bawah kemahnya. Allah membenci tindakan itu dan setelah menyuruh orang Israel untuk mengumpulkan dan membakar barang-barang yang disembunyikannya serta seluruh hartanya termasuk ternak dan keluarganya, Dia memerintahkan mereka untuk melemparinya dengan batu sampai mati. Allah tidak pernah membenci Akhan karena ia memiliki dan menyimpan barang-barang yang indah dan berharga, tetapi perbuatannya mencuri dan menyembunyikan barang-barang yang sebenarnya dikhususkan bagi Allah itulah yang dibenci oleh Allah karena dianggap telah mencemarkan kekudusan-Nya (Yosua 7). Bisa jadi Akhan memiliki motivasi yang baik dalam hatinya. Mungkin ia bermaksud membagi-bagikan barang-barang itu kelak ketika ada orang yang memerlukannya. Atau mungkin ia akan menyumbangkannya pada saat pembangunan Kemah Sembahyang. Tetapi apa pun alasannya, perbuatannya ini merupakan hal yang dimurkai Allah. Karena perbuatannya, keluarganya pun turut menanggung akibatnya. Allah yang tidak pernah berkompromi dengan dosa, menghukum perbuatan dosa itu. Kekudusan Allah kembali ditegakkan di tengah-tengah umat-Nya. Bangsa Israel kembali mendapat penyertaan Allah serta berhasil mengalahkan kota Ai serta maju untuk menaklukkan kota-kota lain serta memasuki Tanah Perjanjian Tuhan.

 

Dari contoh kisah di atas dapat dilihat bahwa perjuangan melawan dosa suatu perjuangan yang tidak pernah berakhir seumur hidup kita. Kita perlu selalu ingat bahwa Kudus yang menuntun jalan kita, menuju ke kehidupan yang kudus; Dia tidak pernah berkompromi dengan dosa sekecil apa pun. Dengan demikian, kita tidak pernah dapat berhasil mengalahkan dosa dengan kekuatan kita sendiri. Yesus menyadari akan hal ini, sehingga sebelum pulang ke rumah Bapa-Nya, Dia berjanji untuk mengutus Roh Kudus yang akan menolong kita. Dia akan melindungi kita seperti perisai, untuk menghadapi serangan dosa yang selalu siap menjatuhkan kita.

 

Untuk Direnungkan

Syukur kepada Allah bahwa janji turunnya Roh Kudus telah digenapi sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surga. Dia tidak pernah meninggalkan setiap umat-Nya sedetik pun. Pertanyaan untuk kita renungkan adalah: sudahkah kita memahami dan mengenal jelas peranan kuasa Roh Kudus atas diri kita? Dan jika sudah, apakah kita sudah mewujudkan kehidupan pribadi yang dikuasai oleh Roh Kudus?

 

Marilah kita mengoreksi diri dengan 4 butir kebenaran tentang Roh Kudus yang telah kita pelajari ini:

  1. Sudahkah saya mengalami karya Roh Kudus yang membangkitkan proses pertumbuhan rohani saya?
  2. Sudahkah saya terus-menerus meminta agar Roh Kudus menerangi hati saya untuk dapat memahami firman Tuhan yang diilhamkan oleh Roh Kudus di dalam Alkitab?
  3. Apakah saya benar-benar yakin bahwa saya adalah anak yang diangkat oleh Allah melalui karya Roh Kudus, sehingga saya hidup sesuai dengan status sebagai anak-Nya?
  4. Sudahkah saya mendisiplinkan diri untuk hidup dalam kekudusan, dengan dasar kekudusan Roh Allah?

 

Mari kita merenungkan kembali jawaban yang telah kita ambil, dan mengucapkannya di hadapan Allah dan Iblis. Maka Allah yang kudus akan menguatkan Anda, dan Iblis akan lari dari pada kita karena ia tidak berhasil memengaruhi kita untuk hidup di dalam kecemaran.      

Exit mobile version