Salah satu indikator dari kerohanian yang sehat adalah jumlah jam-jam doa. Jumlah saat-saat di mana kita mengungkapkan kedekatan relasi itu di dalam komunikasi yang erat dan akrab dengan Allah. Apa sih untungnya kita berdoa? Apa sih yang kita dapatkan ketika kita berdoa? Apa sih pentingnya doa? Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul di benak kita. Berdasarkan Kisah Para Rasul 4: 23-31, saya ingin membagikan dua hal yang terjadi ketika kita mulai berdoa.
Hal yang pertama dapat kita temukan di dalam ayat 24 dan 29, dan yang sebelumnya didahului oleh ayat 28. Di dalam ayat-ayat tersebut kita melihat bahwa doa mengarahkan mata batin kita untuk melihat sebuah perspektif kedaulatan Tuhan.
Di tengah pergumulan kehidupan kita sehari-hari, ketika kita berdoa, sesungguhnya yang terjadi adalah: mata batin kita diarahkan melalui doa itu kepada sebuah pemandangan kedaulatan Tuhan. Para murid waktu itu berada di dalam suatu situasi yang sangat terjepit. Nyawa mereka taruhannya. Di dalam pemandangan mereka secara kasat mata yang tampak adalah orang-orang yang mengancam mereka. Sementara para murid jumlahnya sedikit saja dan mereka tidak dapat meminta tolong kepada orang lain. Akan tetapi, perhatikanlah, sesuatu terjadi ketika mereka berdoa. Perhatikan kalimat-kalimat pertama yang keluar dari bibir mereka. Kalimat mereka menunjukkan sebuah perspektif kedaulatan Tuhan. Mereka tidak mulai dengan keluhan bahwa begitu banyak musuh mereka atau betapa menyengsarakannya musuh mereka itu, tetapi mereka mulai dengan doa, “Ya, Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi…”.
Doa mereka memberikan suatu terobosan untuk melihat bahwa di tengah masalah dan pergumulan mereka, ada tangan Tuhan yang berkuasa dan berdaulat.
Ada tangan Tuhan yang berkuasa di balik semua musuh-musuh mereka. Ada tangan Tuhan di balik semua tekanan yang menimpa hidup mereka. Doa itu memberi mereka sebuah terobosan untuk melihat perspektif kedaulatan Tuhan.