Renungan Berjalan bersama Tuhan

Apakah Aku Setia?

Amsal sudah mengungkapkan jati diri manusia yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, manusia selalu berkata, “Baik” dalam menilai dirinya sendiri. Banyak orang menyebut dirinya baik hati. Ini bukan masalah orang Timur atau orang Barat. Menurut Amsal, semua manusia, baik orang Timur atau orang Barat, suka menyebut diriya “baik hati”.

Namun di sisi lain, Amsal juga menyatakan apakah manusia yang sering menyebut dirinya selalu baik itu juga merupakan orang yang “setia”? Itulah sebabnya Amsal bertanya, jika ada orang yang setia, siapakah yang dapat menemukannya? Dengan kata lain, betapa sulitnya menemukan orang yang setia! Bagi Amsal, orang yang mengatakan “baik” itu harus dibuktikan dengan kesetiaannya juga. Kesetiaan merupakan aplikasi atau bukti nyata dari kebaikannya. Kesetiaan perlu waktu yang panjang, dibutuhkan kesabaran penuh dengan pengertian, mau menerima apa adanya, bersedia mendampingi dan membimbing, berjalan bersama-sama, dan sebagainya. Kesetiaan selalu memberikan dorongan, semangat, pujian, penghargaan, sikap tidak mudah putus asa, selalu berpikiran positif dan optimistis untuk bertumbuh bersama. Kesetiaan tidak cukup dengan dijawab dengan, “Saya setia”, karena kesetiaan butuh bukti nyata yang diwujudkan dalam perbuatan. Kesetiaan akan teruji justru pada saat situasi dan kondisi yang sulit, tidak enak, mengalami beban yang berat, dan semacamnya. Apakah dalam situasi yang demikian, kita tetap setia? Biarlah kita menjadi orang-orang yang baik hati sekaligus setia. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *