Lalu murunglah wajah pedagang itu. Ia berpikir, kalau meminta kekayaan, saingannya akan menjadi lebih kaya. Ia tentu saja tidak rela. Ia kemudian berkata, “Baiklah. Butakanlah salah satu mataku!”
Tentu ini hanya sebuah cerita. Namun, pesan dari cerita ini sangat jelas: iri hati membawa pada kehancuran.
“Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30).
Amsal ini memberikan penegasan bahwa iri hati membusukkan tulang. Frasa “membusukkan tulang” mempunyai arti menghancurkan penopang kehidupan. Bukankah tulang yang menopang tubuh kita?