Yang Mendengar Tinggal Aman
oleh: Pdt. Nathanael Channing
“Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka” (Amsal 1:33). Ini merupakan curhat dari Amsal, ketika ia memberikan pendidikan dan ajaran, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Sudah sejak zaman purbakala, ternyata yang namanya pendidikan dan proses belajar itu sering tidak diminati oleh banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Terlebih lagi kalau ajaran itu sifatnya memberi nasihat. Dalam Amsal 1:29–30, Amsal mengatakan, “Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan Tuhan, tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku.” Bagi Amsal yang namanya belajar pengetahuan bukanlah ilmu fisika, kimia, matematika, ilmu alam, teknologi, dan sebagainya, melainkan pengetahuan tentang bagaimana menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan atau pengetahuan yang menuntun jalan kehidupan yang benar di hadapan Tuhan. Pengetahuan seperti itu tidak banyak yang menyukainya. Rupanya belajar tentang “ilmu kehidupan” yang baik dan benar tidak mudah dilakukan, bahkan banyak yang menolaknya. Mengapa bisa demikian? Karena sudah tidak ada lagi dalam kebenaran. Bahasa yang dipakai Paulus adalah “sudah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Manusia sudah tidak lagi memiliki kebenaran yang ada dalam dirinya, sehingga ketika pengetahuan tentang kebenaran dipelajari dan mau dilakukan, manusia langsung menolaknya. Ada latar belakang, dasar pijak, maupun cara pandang yang berbeda. Hal itu menyebabkan hikmat yang diajarkan menjadi tidak sinkron atau tidak harmonis. Apa pun yang terjadi dalam hidup, jika kita tidak mau mempunyai dasar pijak dan cara pandang yang sama, maka tidak pernah terjadi kesepakatan. Sebaliknya, akan terus muncul perbedaan pendapat, pertentangan, konflik, dan kesalahan.