Khotbah Perjanjian Lama

Panggilan yang Sulit

Yunus 1:1-16

Oleh: Andrea

 

Pendahuluan

Saudara, saya kira kita semua pernah merasa jengkel sama orang.  Saya juga pernah.  Ijinkan saya menceritakan pengalaman saya.  Saudara, suatu hari ketika saya tiba di rumah, pintu garasi rumah saya dihalangi sebuah motor yang tidak saya kenal.  Waktu itu saya sedang terburu-buru, saudara.  Dan motor itu tentu menghambat waktu saya.  Dalam hati sebenarnya saya ngomel, pekarangan rumah saya cukup luas, tapi kenapa pemilik motor ini memilih tepat di depan pintu masuk.  Tapi, yah sudahlah, saya kan mahasiswa teologi.  Jadi saya turun dari motor dan saya geser motornya.  Saat itu tiba-tiba seorang bapak mendatangi saya.  Badannya besar, berkumis lebat dan dengan muka tidak ramah mengeluarkan kunci dan menggeser motornya. Sambil menggeser motornya bapak ini bilang, “sabaratuh!”  Mendengar itu saya sempet shock, saudara.  Saat itu saya bukan cuma kesel, tapi kuesel…banget.  Saya pikir hanya di Indonesia, orang yang berbuat salah bisa marahin orang yang menjadi korban kesalahan.  Udah salah sembarang parkir di depan pintu rumah orang, nyolot lagi.  Sungguh pengalaman yang ‘indah’ saudara.  Dimarahin orang yang berbuat salah.

Saudara, waktu itu saya sangat esmosi.  Saya tidak suka sekali sama orang berkumis itu.  Saya benci banget liat orang itu.  Kalau seandainya saya punya kesempatan berbuat baik, kesempatan itu tentu bukan buat dia.  Kalau seandainya saya punya kesempatan untuk menginjili orang, tentu kesempatan itu juga bukan buat dia.  Saudara, tidak mudah bagi saya untuk menerima orang-orang yang ‘menyebalkan’.  Betul ga?  Hati kita akan sangat rela untuk berbuat baik atau menginjili orang yang menyenangkan, tapi tidak untuk orang yang “super nyebelin”.

Saya kira perasaan ini adalah persaan yang wajar.  Setiap kita pasti pernah bergumul ketika berhadapan untuk melayani orang-orang yang kurang menyenangkan bahkan orang-orang yang jahat.  Kita akan sangat bergumul untuk mengasihi dan melayani orang-orang yang menurut kita ‘tidak pantas’ untuk menerimanya.

Saudara, Yunus juga bergumul dalam hal ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *