Khotbah Perjanjian Lama

Berpegang pada Firman Tuhan

Berpegang pada Firman Tuhan

Ulangan 8:1-10

Oleh: Renold Afrianto Oloan

Pendahuluan

Saudara-saudara, pada tanggal 26 Oktober 2010, kepulauan Mentawai di terjang Tsunami yang meluluhlantakkan rumah-rumah penduduk, menyebabkan 499 orang meninggal, dan 96 orang dinyatakan hilang.  Namun dibalik tragedi yang memilukan ini, terselip kisah yang mengharukan tentang seorang bocah berumur 4 tahun yang selamat dari gelombang Tsunami.  Namanya Andripal Samaloisa.  Ia tinggal bersama neneknya pada saat musibah itu terjadi.  Andrian terpisah dengan neneknya akibat terjangan gelombang yang begitu dahsyat dan ia terbawa oleh arus gelombang ke lautan lepas.  Tidak ada seorang pun yang berpikir bahwa Andrian kecil akan selamat dengan kondisi seperti itu.  Bagi mereka pastilah dengan sekejab Andrian akan tenggelam ditelan oleh ganasnya ombak lautan.  Andrian yang tidak berdaya dan tidak punya kemampuan apa-apa tidak mungkin dapat menyelamatkan dirinya.  Jangankan bocah cilik seperti Andrian, orang dewasa sekalipun tidak akan mampu mengalahkan dahsyatnya terjangan Tsunami.  Bagi mereka, lautan yang begitu luas hanyalah akan menjadi tempat peristirahatan Andrian untuk selamanya.  Namun siapa yang menyangka bahwa pada akhirnya Andrian ditemukan selamat, dan yang paling mengagumkan adalah ia bisa selamat hanya dengan berpegang pada sepotong gabus di tengah lautan yang luas tersebut.  Andrian tetap hidup karena ia terus berpegang pada potongan gabus yang menopang tubuhnya.

Saudara, apa yang dialami Andrian bisa menjadi cermin bagi kehidupan kita saat ini.  Bukankah demikian hidup kita di tengah-tengah belantara samudra raya kehidupan ini?  Kita tidaklah mampu menjalani kehidupan ini bila hanya dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri.  Sebentar saja kita akan hanyut dan tenggelam oleh derasnya arus kehidupan dunia yang terkadang memikat kita dengan berbagai kenikmatan dan godaannya, namun terkadang juga menghancurkan kita dengan musibah dan penderitaan yang sepertinya tak kunjung henti.  Di dalam menjalani kehidupan ini kita butuh “potongan gabus” yang dapat terus kita pegang agar kita tidak hanyut dan tenggelam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *