Cinta akan uang dan rasa cukup merupakan dua hal yang mutual eksklusif. Seperti bunyi peribahasa orang Roma: Money is like sea water, the more you drink, the thirstier you get!

2. Fokus Kesederhanaan Hidup—pada Hal yang Kekal (6:7)

Struktur bahasa Yunani memberikan tekanan pada kata “nothing” atau ou)den atau “tak satu pun”—“tidak satu pun (nothing) yang dapat kita bawa ke dalam dunia dan tak satu pun yang sanggup kita bawa ke luar dari dunia ini.” Ungkapan senada dikemukakan dalam Ayub 1:21, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali kepadanya.” Pengkhotbah 5:14 menambahkan, “Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tidak diperolehnya dari jerih payahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya.” Sebuah pepatah Spanyol kuno sangat menarik bagi saya: “Tidak ada sebuah saku pun pada kain kafan.” Ungkapan ini bisa diterjemahkan pada zaman modern demikian: “Kereta jenazah tidak pernah menarik kereta gandengan.”

Jelas manusia yang hidupnya didominasi oleh uang akan terus-menerus berorientasi pada hal-hal yang temporal saja, yaitu ia hanya terkungkung dalam batasan ruang dan waktu saja! Orang yang serupa ini akan mengabaikan hal-hal yang bernilai kekal! Tuhan Yesus juga menegaskan tentang kebodohan manusia yang mengejar kekayaan temporal dalam Matius 6:19-20 “Jangan kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ada ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya; tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga, di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” Markus dalam 8:36 menegaskan, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” Melalui perumpamaan “Orang Kaya Yang Bodoh’ dalam Lukas 12:15-21, Tuhan Yesus mengilustrasikan fokus hidup orang kaya yang bodoh yang berpusat pada harta atau hal yang sementara, serta telah melalaikan hal yang kekal bagi jiwanya!