Mengatasi Sisi Gelap dari Narsistic Leader
Oleh Elizabeth Natallina
Matius 6:1-18
Pendahuluan
Saudara, ketika Saudara mendengar kata narsis, mungkin bayangan Saudara adalah selalu berkaitan dengan seseorang yang suka cekrag-cekreg foto, bergaya, dan memajang banyak potretnya dimana-mana. Ada benarnya sih, tapi kepribadian Narsistik memiliki ciri lebih dari itu. Ia memiliki pandangan yang terlalu tinggi terhadap dirinya sendiri lebih dari realitanya. Ia juga banyak menuntut orang lain mengakui kehebatan dan kemampuannya. Ia akan marah kalau orang tidak memberi penghargaan bahkan lebih marah lagi kalau direndahkan.
Baru-baru ini, saya mempelajari teori Mclinton dan Samuel D. Rima mengenai salah satu sisi gelap pemimpin yaitu ‘Narsistic leader’. Saya menemukan ciri-ciri selanjutnya yaitu: sepintas kelihatan mandiri, takut dilihat lemah oleh orang lain, menggunakan segala cara untuk kuat, orangnya sangat ambisius, selalu berusaha untuk berada di atas orang lain, memiliki fantasi-fantasi yang megah atau tinggi-tinggi, punya perasaan inferior dan bergantung kepada penghargaan, kekaguman, kebanggaan, dan tepuk tangan orang lain.
Seorang Narsistic memiliki kombinasi dari ciri-ciri di atas. Ciri sentral dari kepribadian ini adalah haus akan penghargaan orang lain. Harga atau citra dirinya sangat dilukis oleh apa yang orang katakan tentang dirinya. Namun, Saudara, berbicara mengenai hal ini, bukankah memang penghargaan itu adalah kebutuhan semua orang? Bahkan dalam piramid kebutuhan manusia yang digambarkan oleh A. Maslow, kebutuhan akan penghargaan itu diletakkan lebih tinggi dari kebutuhan fisik, keamanan, dan cinta.
Setiap orang tidak lepas dari kebutuhan akan penghargaan ini termasuk hamba Tuhan. Dan kabar buruknya, seringkali orang Kristen berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan cara menampilkan kesalehan, pelayanan, persembahan, dlsb. Segala tindakan kebenaran kita yang berbau rohani ini dipakai sebagai kendaraan untuk mendapatkan kemuliaan diri, bukan kemuliaan Allah. Saudara-saudara, kesalehan seperti ini adalah kesalehan yang palsu. Motivasi untuk mencari kemuliaan diri itu adalah motivasi yang keliru.