Dalam tradisi Kristen, iri hati pertama-tama dijawab dengan kasih (agape, charity). Kasih berarti mengharapkan yang terbaik bagi orang lain. Sebagaimana yang ditulis oleh Thomas Aquinas, “Envy according to the aspect of its object is contrary to charity, whence the soul derives its spiritual life … Charity rejoices in our neighbor’s good, while envy grieves over it.” Dalam hal ini, Aquinas meneruskan yang secara jitu dinyatakan oleh Paulus, “Kasih … tidak cemburu” (1Kor. 13:4). Namun, kedua, selain kasih sebagai keterarahan pada kebaikan orang lain, iri hati juga perlu dijawab dengan pengucapan syukur, rasa puas dan keterbukaan melihat rahmat Allah dalam diri kita. Ketika kita melihat rahmat yang kita terima sejelas kita melihat rahmat yang diterima orang lain, kita sudah mulai beralih dari iri hati. Ketiga, iri hati perlu dikalahkan dengan peduli pada mereka yang kurang beruntung daripada kita. Dalam salah satu edisi The Christian Herald muncul sebuah kutipan, “Orang yang sibuk menolong orang-orang yang berada di bawah mereka tidak akan punya waktu untuk iri pada mereka yang di atasnya—dan mungkin juga tidak ada seorang pun di atas mereka.”
Seri Tujuh Dosa Maut: Iri Hati
June 10, 2017
