Kedua, cawan pengorbanan Kristus (ay. 11).
Petrus menghunus sebilah pedang, tetapi Kristus mengangkat sebuah cawan. Petrus menolak kehendak Allah, tetapi Kristus menerima kehendak Allah. “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (ay. 11). Sesungguhnya seluruh peristiwa ini menyatakan kemuliaan Kristus yang beraneka ragam: keunggulan mutlak dan penyerahan mutlak. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Akulah Dia,”maka kekuatan dari nama ilahi itu membuat musuh-Nya mundur dan jatuh ke tanah (ay. 6); Ia memberikan perintah, maka murid-murid-Nya dapat pergi dengan selamat (ay. 8). Sekarang Kristus menyerahkan diri tanpa syarat di bawah kehendak Bapa dan menerima cawan penderitaan yang dahsyat itu tanpa mengeluh sedikitpun. Makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa; minuman-Nya adalah apa yang disajikan oleh Bapa. Kesempurnaan semacam ini tidak pernah ada pada manusia lain: Tuan, namun menjadi Hamba; Singa, namun sebagai Domba!