-
Sakit yang berasal dari luar tubuh
Saudara-saudara, orang Kristen abad pertama tidak lepas dari yang namanya penganiayaan dari orang Yahudi, Yunani, maupun Romawi. Orang Kristen dianggap batu sandungan oleh orang Yahudi, orang bodoh oleh orang Yunani, dan pemberontak oleh orang Romawi. Semua penganiayaan orang Kristen disebabkan karena mereka menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Saudara-saudara, tentunya keadaan ini merupakan sebuah pergumulan bagi jemaat Roma untuk mengasihi orang yang telah berbuat jahat kepada mereka. Walaupun tidak mudah, namun itulah kasih yang seharusnya ditunjukkan orang percaya kepada sesama dan dunia.
Di dalam ayat 14 Paulus mengatakan “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!” Dia mengutip pengajaran Yesus dalam Matius 5:44, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” dan Lukas 6:28 “Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” Meminta berkat kepada Allah berkaitan erat dengan sebuah doa. Bukanlah hal mudah untuk berdoa kepada Allah memohon berkat kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita, namun berkali-kali Paulus mengingatkan jemaat Roma “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan!” “Hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” “Kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”
Saudara-saudara, kasih itu tidak membalas kejahatan, karena di dalam kasih terkandung pengampunan. kasih juga tidak menuntut pembalasan, tetapi menyadari bahwa pembalasan adalah hak Allah, dan Allah sendirilah yang akan menuntut pembalasan. Allah tahu segala sakit hati kita ketika orang lain berbuat jahat kepada kita, meskipun demikian Allah tidak mengijinkan kita mengambil hak-Nya untuk membalaskan kejahatan. Allah tidak diam melihat kejahatan, namun Allah masih memberikan waktu kepada orang jahat untuk bertobat. Oleh sebab itu, seharusnya menjadi suatu kehormatan bagi setiap orang percaya untuk mempunyai sikap kasih yang tidak membalas kejahatan dengan cara memberikan makan ketika kita melihat seteru kita lapar, memberikan minum ketika kita melihat seteru kita haus. Dengan demikian, kita menumpukkan bara api di atas kepalanya
Frasa “menumpukkan bara api di atas kepalanya” tentu tidak dapat diartikan secara harafiah. Melalui kutipan dari Amsal ini Paulus mendorong jemaat Roma untuk tetap menunjukkan kebaikan kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka dengan harapan supaya mereka malu dengan perbuatannya yang jahat. Malu karena orang percaya membalas perbuatan jahatnya dengan perbuatan baik. Semua perbuatan baik itu bertujuan supaya mereka bertobat dan menerima kasih Kristus dalam kehidupannya. Mengasihi orang yang belum percaya atau bahkan musuh kita merupakan karakteristik kasih yang harus kita tunjukkan secara riil.
Ilustrasi
Saudara-saudara, ada sebuah kisah mengenai dua teman yang sedang berjalan-jalan di padang pasir. Pada suatu saat, tiba-tiba saja obrolan mereka berubah menjadi suatu perdebatan yang keras sehingga salah seorang dari mereka menampar wajah temannya. Yang ditampar pipinya, biarpun sakit, diam membisu, dengan jarinya ia menulis di pasir: “Hari ini, temanku menampar pipiku.”
Kemudian, mereka meneruskan perjalanan dan sampai di sebuah oase. Mereka berhenti di sana untuk menyegarkan diri. Orang yang ditampar itu mulai turun ke oase. Namun tiba-tiba, ia terpersok dan mulai tenggelam. Melihat temannya tenggelam, temannya yang menampar itu langsung menolongnya. Ia dengan cepat menarik temannya keluar dan menyelamatkannya. Setelah selamat dan lepas dari rasa takut, orang itu menulis di atas sebuah batu: “Hari ini temanku menyelamatkanku.” Kawannya yang menolong dan menampar sahabat itu, bertanya, “Mengapa setelah aku menyakitimu, kau menulis di pasir, dan sekarang setelah menyelamatkanmu, kau menulis di atas sebuah batu?” Sambil tersenyum temannya menjawab, “Apabila seorang menyakiti kita, hendaklah kita menulisnya di atas pasir, dimana angin pengampunan nantinya akan meniup dan menghilangkannya. Tetapi bila terjadi peristiwa agung, hendaklah itu kita ukir dalam batu hati kita, dimana tidak pernah akan ada angin yang bisa menghapusnya.”
Aplikasi
Saudara-saudara, Paulus dengan indah menutup perikop ini dengan mengatakan “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.” Saudara, kalahkanlah kejahatan yang orang lain lakukan kepada kita dengan tindakan kasih yang nyata. Dengan kasih yang tidak membalas kejahatan itu, kita berdoa supaya orang yang melihat dan merasakan kasih yang kita tunjukkan dapat mengenal Kristus.