Apakah Yang Sedang Engkau Bangun?
1 Korintus 3:10-15
Oleh Silvy Inawati
Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu ketika saya pulang ke Karawang, Saya pergi dengan kakak saya. Ketika melewati sebuah jalan di bypass, mobil kakak saya harus melaju dengan sangat pelan. Mengapa? Karena jalannya rusak parah sekali. Kakak saya geleng-geleng kepala sambil berkata, “Duh nih jalan, baru dibetulin udah rusak lagi. Gimana sih…” Saya pun jadi ikut geleng-geleng kepala. Jadi ikut kesel. Terpikir dalam benak saya, pasti bahan yang digunakan ga sesuai standar, dikorupsi sana-sini untuk kepentingan pribadi. Dalam kekesalan saya itu, saya jadi teringat beberapa fasilitas umum lain yang juga cepat sekali rusak. Saya ingat jalan Tol menuju ke Bandung yang sesaat setelah diselesaikan sudah mulai berlubang. Lalu baru-baru ini, jembatan Kutai nan megah di Kalimantan yang rubuh, padahal baru dibangun 10 tahun yang lalu. Sungguh berbeda dengan jembatan di San Fransisco yang berumur 90 tahun, namun masih tegak berdiri sampai saat ini. Saudara-saudara, rasanya kesal sekali dengan orang-orang yang diberi tanggung jawab untuk mengerjakan fasilitas-fasilitas umum ini. Mereka adalah pekerja yang tidak bertanggungjawab. Pekerja yang mengerjakan fasilitas masyarakat seenaknya sendiri. Tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.
Saudara, ketika saya membayangkan tentang pekerja-pekerja ini, tiba-tiba saya tertegun. Kalau dipikir lebih jauh bukankah kita juga adalah pekerja yang diberi kepercayaan membangun jemaat Allah? Seperti sebuah lagu yang sering kita nyanyikan bersama: “Satu saat Yesus panggilku menjadi pekerja. Melayani jadi saksi bagi-Nya. Bukan sembarang pekerja…ya…ya…ya…” Saudara-saudara, saya jadi berpikir, bila pekerjaan kita dinilai oleh Tuhan yang adalah pemilik pekerjaan itu, apakah Ia puas dengan kita? Atau jangan-jangan Tuhan geleng-geleng kepala ketika melihat pekerjaan kita, karena di mata-Nya kita adalah pekerja sembarangan. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan standar Tuhan. Mengerjakan ini dan itu, tampak begitu sibuk, tetapi jauh dari apa yang Tuhan harapkan.
Saudara, Tuhan ingin setiap kita melakukan pekerjaan kita, yakni membangun jemaat Tuhan sesuai dengan standar Allah.
Dalam perikop yang kita baca kita bisa belajar bagaimana menjadi pekerja Tuhan yang membangun jemaat Tuhan dengan benar dan bertanggungjawab.
Meletakkan dengan dasar yang benar, yakni Kristus
Saudara-saudara, ini adalah foto gedung tingkat 20 di Shanghai yang baru selesai di bangun dan roboh (perlihatkan di layar LCD). Saudara, lihatlah gedungnya tidak rusak sedikit pun. Diduga bangunan ini roboh karena ada masalah dengan fondasinya. Fondasi suatu bangunan adalah sesuatu yang sangat krusial. Tanpa fondasi, bangunan semewah apa pun yang dibangun tidak akan bertahan. Demikian pula dengan jemaat Allah, tanpa fondasi yang benar tentu saja sia-sia jemaat itu dibangun.
Saudara, kalau kita pikir-pikir, Jemaat Korintus itu “betis,” beda-beda tipis dengan jemaat kita saat ini. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang mengagung-agungkan kemampuan pribadi. Mereka dikenal sebagai tukang pamer. Menilai orang dan diri mereka sendiri berdasarkan prestasi dan pencapaian mereka. Mereka mengagung-agungkan orang yang mempunyai hikmat atau pemikiran yang cemerlang. Karenanya tidak heran bila sebagian jemaat mengagung-agungkan Paulus, sebagian mengagung-agungkan Apolos, Petrus, dan yang lainnya. Mereka berfokus pada manusia. Sebuah fokus yang salah! Fokus yang tentu saja membuat jemaat mengalami perselisihan.
Di tengah kondisi jemaat yang sedang berselisih inilah Paulus menuliskan suratnya. Paulus menegur mereka. Pada ayat 5-9, Paulus menjelaskan dengan metafora pertanian, bahwa ia dan Apolos hanyalah pekerja tani. Dalam perikop yang sedang kita pelajari ini, kembali Paulus menegur mereka dengan metafora yang berbeda, yakni bangunan (9c), dimana dirinya dan Apolos pun hanyalah pekerja bangunan. Pada ayatnya yang ke-10, Paulus memposisikan dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang lain yang membangun terus di atasnya. Posisi ini menjelaskan perannya dalam jemaat Korintus, dimana ia adalah rasul Yesus Kristus yang oleh anugerah Tuhan memberitakan Injil dan pekerja lain berkhotbah membangun jemaat. Posisi yang tidak lebih tinggi dari yang lainnya. Mereka hanyalah pekerja di dalam bangunannya Allah. Mereka tidak penting, dasarlah yang penting dalam sebuah bangunan.
Dasar yang telah diletakkan oleh Paulus adalah Kristus. Dalam Korintus 2:2 dikatakan bahwa “sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Kristuslah yang seharusnya menjadi fokus jemaat dan bukan yang lain. Kata kerja yang digunakan untuk menjelaskan kata telah meletakkan adalah I laid, dalam bahasa Yunani ἔθηκαmerupakan kata kerja yang ditulis dalam bentuk aorist, yang berarti satu kali untuk selamanya. Kristus adalah fondasi mereka yang kekal. Karenanya pada ayat 11 dikatakan “tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Hanya satu fondasi yang diperlukan untuk membangun. Setelah fondasi itu diletakkan tidak perlu diulang lagi. Dan hanya Kristuslah dasar yang benar dan bukan yang lain.
Saudara-saudara, Paulus pekerja yang tahu apa yang dibangunnya. Ia, tidak silau dengan orang-orang yang mengagungkan dirinya sebagai guru yang besar. Atau tidak galau karena sebagian yang lain mengagung-agungkan Apolos dan pekerja yang lain. Namun sebagai pekerja bangunan, ia menyadari apa yang sedang dibangunnya. Ia menyadari apa yang menjadi fokus pekerjaannya, yakni Kristus, sang fondasi yang kokoh dan kuat. Dalam pelayanannya, ia tidak menjadikan dirinya fokus, sebaliknya ia bekerja keras mengabarkan Injil.